Ada cerita kemarin yang mau saya share di blog ini.
Kemarin tepatnya hari jum'at tanggal 22 April 2016, saya ikut seminar gratisnya Ippho Santosa. Ramee. Ada sekitar 700 orang disana, mesjid agung Palu setengahnya penuh. Pas mau keluar ngambil sendal pun lama karena antri keluarnya. Salah satu alasan kenapa rame karena pak Ippho Santosa kalau bikin seminar di Palu biasanya berbayar, nah ini gratis.. semangat kita. Hihi.
Ada beberapa nasihat beliau yang mau saya ingat:
1. Miskin itu dosa.
Pas dengar itu sempat yang "apaan sih?" dalam hati. Tapi setelah beliau menjelaskan bagaimana kayanya rasul dan sahabat di jamannya, baru ngeh "benar jugaa". Rasulullah memang hidup sederhana tapi aslinya beliau kaya. Mas kawin ke Hadijah Radiallahu Anhu saja 20 ekor unta setara 400 juta an). Nah lo. Jaman sekarang mau nyari pria ngasih 400 jutaan buat mahar, langkaaa.
Jadi pesan morilnya: Jadilah kaya. Muslim tuh harus kaya. Kalo tidak kaya, bertobatlah dan jadilah muslim kaya...tapi tetap sederhana seperti Rasulullah.
2. Aktifkan otak kanan.
Selama ini kita menghapal dan menghitung itu menggunakan otak kiri. Otak kiri lebih sering aktif dibanding otak kanan. Jadi aktifkan otak kanan biar hidup bisa lebih fleksibel, bisa ngapain aja tidak terpaku ke satu bidang, bisa kurang stress juga mungkin.. soalnya otak kanan itu berhubungan sama kreatifitas kan. Jadi banyak kesenangan yang bisa dilakukan.
3. Sayangi orang tua, terutama mama.
Orang - orang kaya sukses di luar sana kalau mau dilihat latar belakangnya adalah orang - orang yang dekat sama mamanya. Bisa dibilang anak mama, tapi tidak manja. Kalau ada permasalahan langsung koreksi diri "sudah bikin salah apa sama orang tua?", lalu minta maaf dan minta ridhonya. Insya Allah yang sulit akan dimudahkan sama Allah. Karena Ridho orang tua adalah ridhonya Allah. Sekali dapat ridho orang tua terutama mama dampaknya kemana - mana. Ya ke usaha, pahala, hajat yang mudah dikabulkan, kesemuanya.. Jadi ridho orang tua penting.
4. Kalau mau kaya caranya cuma 3: bisnis, investasi, sedekah.
Perkara bisnis dan investasi usahakan cari yang usaha yang sarat akan amal jariyah. Karena usaha yang sarat amal jariyah itu beda sama usaha biasa. Usaha biasa kalau dilakukan dapat pahala, tapi kalau berhenti dilakukan pahalanya juga berhenti. Kalau usaha yang sarat amal jariyah, dilakukan sekali pahalanya sampai mati. Perkara sedekah, rutinkan mengeluarkan 10% dari penghasilan tiap bulannya. Dan sesekali buat yang ekstrim, keluarkan yang banyak. Insya Allah urusan dunia lancar, kesehatan baik bahkan pahala jalan.
Setelah ikut seminar rasanya pikiran jadi terbuka. Mau sering - sering ikut seminar aah, biar pikiran di recharge terus. Biar dapat motivasi dan pencerahan terus. Biar semangat terus. Insya Allah, Semangaat!!!
Apapun yang tertulis, semoga berguna.
Friday 22 April 2016
Friday 8 April 2016
Sumber Daya Manusia Juara
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini, peran
tradisional Sumber Daya Manusia dirasa kurang berkontribusi dalam kinerja
perusahaan. Peran lama lebih banyak dilihat sebagai pengelola administrasi
personalia atau pengawas dari peraturan perusahaan di bidang ketenaga kerjaan.
Fungsi SDM selama ini lebih banyak berperan dalam hal-hal yang menyangkut
penyelenggaraan hubungan industrial di perusahaan,
seperti pembuatan Peraturan Perusahaan/Kesepakatan Kerja Bersama, menjalin
kerjasama dengan Departemen Tenaga Kerja, menyelesaikan perselisihan antara
perusahaan dengan serikat pekerja atau karyawan. Yang lebih menyedihkan lagi
bila peran Fungsi SDM hanya dianggap penting saat perusahaan ingin melakukan
pengurangan jumlah karyawan. Selain itu, Fungsi SDM juga seringkali dipersepsikan
perannya tidak lebih sebagai pelaksana Administrasi Personalia, yaitu yang
mengurus masalah pembayaran gaji karyawan, mengurus cuti karyawan, penggantian
biaya kesehatan, dan sebagainya.
Demi mendukung para pimpinan puncak dan manajer lini di perusahaan dalam
melaksanakan langkah-langkah strategis yang tepat untuk bersaing di pasar
global, maka Fungsi SDM dituntut untuk meredefinisi perannya di dalam
perusahaan. Tuntutan terhadap peran baru Fungsi SDM sejalan dengan pesan
disampaikan oleh Dave Ulrich (1997), seorang Profesor di bidang Pengembangan
Perusahaan dari Universitas Michigan bahwa peran tradisional Fungsi SDM , yang
selama ini ada, tidak dapat lagi dipertahankan sepenuhnya seperti dulu, bila
fungsi tersebut ingin tetap hadir di dalam bisnis. Peran tradisional ini
bukanlah tidak penting, namun peran tradisional tersebut harus diperluas dan
diperkaya. Untuk itulah, maka Fungsi SDM yang ada di perusahaan harus sudah
mulai melakukan perubahan perannya, dari pemain peran tradisional yang pasif, menjadi
pemain peran yang bertindak proaktif dan memberikan nilai tambah kepada
perusahaan.
Oleh karena itu dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Tantangan apa yang dihadapi perusahaan pada masa
sekarang dan masa yang akan datang?
2. Bagaimana seharusnya peran sumber daya manusia untuk keunggulan bersaing
perusahaan?
3. Masalah
apa yang dihadapi oleh fungsi SDM dalam untuk mewujudkan peran-peran baru SDM?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
TantanganKompetitif
yang Dihadapi Perusahaan Pada Masa Sekarang Dan Masa Yang Akan Datang
Pentingnya peranan
sumber daya manusia sebagai dasar utama perusahaan dalam memperoleh keunggulan
bersaing disebabkan adanya perubahan lingkungan yang menciptakan
tantangan–tantangan baru bagi organisasi. Menurut Ulrich (1997) terdapat 8
tantangan kompetitif yang dihadapi perusahaan pada masa sekarang dan masa yang
akan datang ,yaitu :
1. Globalisasi
Globalisasi
adalah suatu keadaan yang penuh keanekaragaman dan kompleksitas atau penyatuan
dunia tanpa batas. Pada konsteks tantangan ini, perusahaan harus dapat
meningkatkan kemampuan untuk belajar dan bekerja sama, mengelola perbedaan dan
kompleksitas. Peran penting dalam fungsi manajemen sumber daya manusia global
adalah kemampuan peningkatan adaptasi dan koordinasi. Konsekuensinya diperlukan
strategi jangka panjang perusahaan dalam mengantisipasi dan merespon perubahan
perusahaan untuk dapat lebih kompetitif dalam pasar dunia.
2. Competence and intellectual capital
Kompetensi
dan modal intelektual menuntut perusahaan dituntut mendapatkan sumber daya
manusia yang memiliki keahlian, perspektif dan pengalaman dalam mengelola
bisnis global. Dalam hal ini
peerubahan, global, teknologi menuntut lingkungan, Pembelian
barang dan mempertahankan bakat menjadi medan pertempuran kompetitif, seperti tim olahraga yang agresif dalam merekrut
atlet tebaik, organisasi bisnis pada masa depan akan berkompetisi untuk
mendapatkan talenta yang terbaik. Keterampilan yang diperlukan adalah lincah,
global, membuat general manajer menjadi semakin ketat.
3. Profitability throught cost and growth
Kompetensi
dan modal intelektual menuntut perusahaan dituntut mendapatkan sumber daya
manusia yang memiliki keahlian, perspektif dan pengalaman dalam mengelola
bisnis global. Dalam hal ini
peerubahan, global, teknologi menuntut lingkungan, Pembelian
barang dan mempertahankan bakat menjadi medan pertempuran kompetitif, seperti tim olahraga yang agresif dalam merekrut
atlet tebaik, organisasi bisnis pada masa depan akan berkompetisi untuk
mendapatkan talenta yang terbaik. Keterampilan yang diperlukan adalah lincah,
global, membuat general manajer menjadi semakin ketat.
4. Technology
Adanya
teknologi mengakibatkan proses produksi lebih cepat dan dunia menjadi semakin
kecil. Tantangan ini menuntut manajer mampu menjadikan teknologi yang
ditawarkan mudah penggunaannya dan bermanfaat. Inovasi teknologi terjadi lebih cepat dari yang mampu
kita hadapi. Teknologi membuat dunia menjadi lebih kecil, lebih dekat, dan
lebih cepat.
5. Capability
focus
Kapabilitas
menyangkut kapabilitas yang berwujud seperti teknologi yang dimiliki dan
kapabilitas tak berwujud seperti kemampuan untuk berubah, fleksibel, memiliki
kepercayaan diri dan motivasi berprestasi dan lain-lain.
6. Change,
change and change some more
Perusahaan
harus selalu berubah secara terus menerus untuk meningkatkan kinerjanya,
berinovasi terus menerus dan menciptakan strategi baru untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen.
Dalam hal ini manajer, keryawan, dan organisasi harus cepat belajar untuk cepat
berubah dan lebih nyaman.
7. Value
chain for business competitivess and HR services
Value chain
yang berorientasi pada customer responsesive.
Responsiv ini
termasuk inovasi, cepat dalam mengambil keputusan, memimpin industry dalam nilai atau harga, efektivitas
hubungan dengan pemasok dan vendor untuk membangun rantai nilai bagi konsumen.
Untuk mendukung argument ini, penelitian menunjukkan bahwa tingkah laku
karwayan berkorelasi dengan tingkah laku konsumen.
8. Turnround
is not transformation
Transformasi yang menekankan pada
perubahan yang fundamental. Perubahan
lingkungan tersebut menuntut perusahaan untuk selalu meningkatkan kinerjanya
atau produktivitasnya. Hal ini dapat dicapai dengan strategi manajemen sumber
daya manusia yang dapat merespon perubahan lingkungan.
2.2
Peran
Baru Sumber Daya ManusiaMenurut Dave Ulrich (1997)
Peran
tradisional yang dinilai pasif dan tidak proaktif dalam memberikan nilai tambah
bagi perusahaan menimbulkan perdebatan diantara para ahli. Banyak gagasan
perubahan disampaikan diantaranya oleh Dave Ulrich (1997) menawarkan konsep baru dari Sumber
Daya Manusia yang selama ini dikenal. Konsep baru ini terdiri dariempat peran Sumber Daya Manusiayang berguna
untuk membangun organisasi yang kuat, fleksibel, adaptif dan kompetitif yang berujung pada organisasi
pemenang. Pembentukan SDM dari yang biasa-biasa saja menjadi SDM
pemenang atau melejitkan prestasi SDM.
Keempat
peran SDM tersebut adalah :
2.2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia yang Strategis
Peran Sumber Daya Manusia dalam hal ini adalah
menyamakan strategi dan praktek sumber daya manusia dengan tujuan bisnis
perusahaan. Berbicara tentang penyelarasan antara manajemen Sumber Daya Manusia
dengan strategi bisnis secara menyeluruh, menyesuaikan antara visi SDM dengan
visi organisasi.Dan untuk mencapai ini sumber daya manusia harus berperan
sebagai partner strategis.
2.2.2 Manajemen infrastruktur perusahaan
Menciptakan infrastruktur organisasi
adalah peran tradisional dari peran sumber daya manusia. Sebagai
penanggungjawab infrastruktur perusahaan, profesional-profesional sumber daya
manusia harus meyakinkan bahwa proses-proses dalam organisasi berjalan sesuai
dengan disain dan berjalan dengan efektif seperti staffing, training, hadiah, penghargaan, promosi, maupun hal lain
yang berhubungan dengan karyawan dalam organisasi. Sudut pandang
berada pada proses dan operasional sehari-hari. Hasil yang diharapkan dalam
peran kedua ini adalah infrastruktur yang efisien, sehat dan produktif.
Kegiatan pokok adalah melakukan rekayasa ulang menuju perbaikan terhadap proses
organisasi. Dengan dibangunnya infrastruktur organisasi yang diperkuat oleh
teknologi menjadi agenda utama pada peran manajemen infrastruktur perusahaan.
2.2.3
Manajemen kontribusi karyawan
Adalah untuk meningkatkan loyalitas dan kemampuan
karyawan. Loyalitas berhubungan dengan motivasi dan etos, tidak sekadar uang.
Sementara kemampuan bersinggungan dengan keahlian, kecakapan dan kecepatan
dalam merespons suatu persoalan. Meningkatkan kemampuan melalui pelatihan, pengarahan
dan pendampingan. Sumber daya manusia yang loyal dan mempunyai kemampuan akan
selalu memberi kontribusi bagi organisasi. Dalam banyak kasus karyawan akan
merasa berperan dan dihargai apabila berkontribusi pada perusahaan, tidak
sekadar menjadi parasit. Peran konstribusi terhadap karyawan membuat
profesional-profesional sumber daya manusia harus terlibat dalam
masalah-masalah harian, sangat peduli dan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
karyawan. Agar berhasil, profesional sumber daya manusia harus menghubungkan
kontribusi karyawan untuk mencapai kesuksesan organisasi.
2.2.4
Manajemen transformasi dan perubahan
Inilah peran paling sulit karena
bersinggungan dengan orang, strategi dan masa depan. Transformasi manajemen
sendiri merupakan suatu metodologi yang komprehensif dari program
percepatan pembaruan organisasi (perusahaan). Desain utamanya adalah membawa
organisasi ke arah yang lebih produktif dengan tingkat keuntungan yang tumbuh
secara sinambung. Unsur kepercayaan, komitmen dan hasil
pekerjaan yang baik menjadi dominan untuk dijalankan. Saling percaya
yang didasari komitmen yang kuat dari seluruh jajaran organisasi akan
mempermudah pencapaian tujuan perusahaan.Transformasi meliputi perubahan budaya
dasar atau fundamental yang terjadi dalam perusahaan, profesional sumber daya
manusia mengarahkan transformasi baik sebagai penjaga budaya maupun penyaring
budaya. Perubahan mengarah pada kemampuan perusahaan untuk mendesain dan
menerapkan ide-ide atau inisiatif dan mengurangi perputaran waktu dalam semua
aktivitas organisasi, profesional sumber daya manusia membantu
mengindentifikasi dan menerapkan proses-proses perubahan.
Agenda yang perlu dilakukan dalam
proses manajemen transformasi dan perubahan adalah perencanaan pengembangan sumber
daya manusia yang komprehensif, bersifat proaktif dan jangka panjang serta ukuran
sukses investasi sumber daya manusia sesuai dengan model sukses bisnis yang
telah disepakati.
2.3
Masalah-MasalahYang
Dihadapi Oleh Fungsi Sumber Daya Manusia
Untuk
mewujudkan peran-peran seperti tersebut di atas, banyak masalah yang harus
dihadapi oleh fungsi sumber daya manusia dan para praktisinya. Masalah-masalah
tersebut antara lain sebagai berikut :
2.3.1
Adanya mitos yang tidak tepat tentang Profesi SDM yang
selama ini hidup di masyarakat, para pemimpin perusahaan, maupun di kalangan
praktisi SDM sendiri, seperti yang diungkapkan oleh Ulrich ( 1997) berikut ini
:
MITOS
|
REALITAS
|
Orang
memilih profesi SDM karena menyukai berhubungan dengan manusia
|
Fungsi SDM tidak dirancang untuk menciptakan
aktivitas sosial yang membuat karyawan merasa nyaman, tetapi dirancang untuk
membuat karyawan menjadi lebih kompetitif
|
Setiap
orang dapat menjalankan kegiatan di bidang SDM
|
Kegiatan-kegiatan di bidang SDM didasarkan atas
teori dan penelitian. Praktisi di bidang SDM harus mampu menguasai keduanya
|
Fungsi SDM
hanya berkaitan dengan sisi lunak dari bisnis, sehingga hasil kerjanya tidak
perlu diukur
|
Dampak dari pelaksanaan aktivitas di bidang SDM
terhadap bisnis harus dapat diukur. Praktisi di bidang SDM harus mampu
menjabarkan pekerjaannya dalam bentuk kinerja yang mempunyai nilai finansial
|
Fungsi SDM
memusatkan perhatiannya pada pengawasan biaya semata
|
Fungsi SDM harus memusatkan perhatiannya pada
peningkatan nilai tambah kepada perusahaan, dan bukan menurunkan biaya
|
Para praktisi
di bidang SDM adalah orang-orang yang lemah lembut
|
Para praktisi di bidang SDM pada suatu saat harus
mampu untuk bertindak tegas, berdebat, beradu argumentasi, namun tetap
suportif
|
2.3.2
Belum tersosialisasinya pemahaman tentang Fungsi SDM
sebagai sebuah profesi yang bersifat multi disipliner (Psikologi, Ekonomi/ Manajemen/ Bisnis,
Hukum, Teknologi Informasi/Manajemen Informasi) di kalangan praktisi SDM. Hal
ini terkadang membuat para praktisi SDM hanya memusatkan sejumlah aspek saja
dari disiplin ilmu SDM tersebut. Hal ini mungkin terjadi karena para praktisi
yang bersangkutan kurang memahami disiplin ilmu lainnya dibandingkan dengan
disiplin ilmu yang dikuasainya.
2.3.3
Peran tradisional dari Fungsi sumber daya manusia di
masa lalu membuat banyak praktisi SDM yang mempunyai keterbatasan dalam
memahami strategi bisnis dan keuangan perusahaan secara menyeluruh
3.4.4 Mahalnya investasi di bidang
Sistim Informasi sumber daya manusia (Human Resources Information System)
BAB
III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Kesimpulan
dari makalah ini antara lain:
1. Tantangan
Kompetitif yang Dihadapi Perusahaan Pada Masa Sekarang Dan Masa Yang Akan
Datang
· Globalisasi
· Rantai Nilai
untuk Bisnis Competitiveness & HRD jasa
· Profitabilitas
melalui biaya dan pertumbuhan
· Kemampuan Fokus
· Perubahan,
perubahan, dan mengubah lagi
· Teknologi
· Menarik,
mempertahankan, & mengukur kompetensi & modal intelektual
· Turnaround
tidak transformasi
2. Peran sumber daya manusia untuk keunggulan bersaing perusahaan, antara
lain:
· Manajemen
transformasi dan perubahan
· Manajemen
sumber daya manusia yang strategis.
· Manajemen
infrastruktur perusahaan.
· Manajemen
kontribusi karyawan.
3. Masalah-masalah
yang dihadapi oleh fungsi sumber daya manusia dalam mewujudkan peran-peran baru
sumber daya manusia, antara lain:
· Adanya mitos
yang tidak tepat tentang Profesi SDM yang selama ini hidup di masyarakat, para
pemimpin perusahaan, maupun di kalangan praktisi SDM sendiri
· Belum
tersosialisasinya pemahaman tentang Fungsi SDM sebagai sebuah profesi yang
bersifat multi disipliner (Psikologi, Ekonomi/ Manajemen/Bisnis,
Hukum, Teknologi Informasi/Manajemen Informasi) di kalangan praktisi SDM.
· Peran
tradisional dari Fungsi SDM di masa lalu membuat banyak praktisi SDM yang
mempunyai keterbatasan dalam memahami strategi bisnis dan keuangan perusahaan
secara menyeluruh
· Mahalnya investasi di bidang Sistim Informasi SDM (Human Resources
Information System)
DAFTAR
PUSTAKA
Ulrich,
Dave, 1997, Human Resource
Champions, Harvard Business School Press, Boston
Saturday 26 March 2016
Kecerdasan Menghadapi Kesulitan (Adversity Quetiont)
1. Pengertian
Kecerdasan Adversitas
Kecerdasan
adversitas pertama kali diperkenalkan oleh Paul G. Stoltz yang disusun berdasarkan
hasil riset lebih dari 500 kajian di seluruh dunia. Kecerdasan adversitas ini
merupakan terobosan penting dalam pemahaman tentang apa yang dibutuhkan untuk
mencapai kesuksesan. Stoltz mengatakan bahwa sukses tidaknya seorang individu
dalam pekerjaan maupun kehidupannya ditentukan oleh kecerdasan adversitas,
dimana kecerdasan adversitas dapat memberitahukan: (1) seberapa jauh individu
mampu bertahan menghadapi kesulitan dan kemampuan untuk mengatasinya; (2) siapa
yang akan mampu mengatasi kesulitan dan siapa yang akan hancur; (3) siapa yang
akan melampaui harapan- harapan atas kinerja dan potensi mereka serta siapa
yang akan gagal; dan (4) siapa yang akan menyerah dan siapa yang akan bertahan.
Kecerdasan adversitas adalah kemampuan
yang dimiliki individu untuk dapat mengatasi suatu kesulitan, dengan
karakteristik mampu mengontrol situasi sulit, menganggap sumber-sumber
kesulitan berasal dari luar diri, memiliki tanggung jawab dalam situasi sulit,
mampu membatasi pengaruh situasi sulit dalam aspek kehidupannya, dan memiliki
daya tahan yang baik dalam menghadapi situasi atau keadaan yang sulit.
2. Dimensi-dimensi Kecerdasan Adversitas
Menurut
Stoltz, kecerdasan adversitas memiliki empat dimensi yang biasa disingkat dengan
CO2RE yaitu:
a.
Control (C)
Dimensi
ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak atau seberapa besar kontrol yang
dirasakan oleh individu terhadap suatu peristiwa yang sulit. Individu yang
memiliki tingkat kecerdasan adversitas yang tinggi merasa bahwa mereka memiliki
kontrol dan pengaruh yang baik pada situasi yang sulit bahkan dalam situasi
yang sangat di luar kendali. Individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi
control akan berpikir bahwa pasti ada yang bisa dilakukan, selalu ada cara
menghadapi kesulitan dan tidak merasa putus asa saat berada dalam situasi
sulit.
b.
Origin
dan Ownership (O2)
Dimensi
ini mempertanyakan dua hal, yaitu apa atau siapa yang menjadi penyebab dari
suatu kesulitan dan sampai sejauh manakah seseorang mampu menghadapi akibat-akibat
yang ditimbulkan oleh situasi sulit tersebut.
v Origin
Dimensi
ini mempertanyakan siapa atau apa yang menimbulkan kesulitan. Dimensi ini
berkaitan dengan rasa bersalah. Individu yang memiliki kecerdasan adversitas
tinggi menganggap sumber-sumber kesulitan itu berasal dari orang lain atau dari
luar. Individu yang memiliki tingkat origin
yang lebih tinggi akan berpikir bahwa ia merasa saat ini bukan waktu yang
tepat, setiap orang akan mengalami masa-masa yang sulit, atau tidak ada yang
dapat menduga datangnya kesulitan.
v Ownership
Dimensi
ini mempertanyakan sejauh mana individu bersedia mengakui akibat yang
ditimbulkan dari situasi yang sulit. Individu yang memiliki kecerdasan
adversitas tinggi mampu bertanggung jawab dan menghadapi situasi sulit tanpa
menghiraukan penyebabnya serta tidak akan menyalahkan orang lain.
c.
Reach
(R)
Dimensi
ini merupakan bagian dari kecerdasan adversitas yang mengajukan pertanyaan
sejauh mana kesulitan yang dihadapi akan mempengaruhi bagian atau sisi lain
dari kehidupan individu. Individu yang memiliki kecerdasan adversitas tinggi
memperhatikan kegagalan dan tantangan yang mereka alami, tidak membiarkannya
mempengaruhi keadaan pekerjaan dan kehidupan mereka.
d. Endurance
(E)
Dimensi
keempat ini dapat diartikan ketahanan yaitu dimensi yang mempertanyakan berapa
lama suatu situasi sulit akan berlangsung. Individu yang memiliki kecerdasan adversitas
tinggi memiliki kemampuan yang luar biasa untuk tetap memiliki harapan dan
optimis.
3.
Tipe – tipe Individu
Stoltz
menjelaskan teori kecerdasan adversitas dengan menggambarkan konsep pendakian
“gunung”, yaitu menggerakkan tujuan hidup ke depan, apapun tujuannya. Terkait
dengan pendakian, ada tiga tipe individu, yaitu:
1) Individu
yang berhenti (quitters)
Individu
yang berhenti (quitters) adalah
individu yang menghentikan pendakian, memilih keluar, menghindari kewajiban,
mundur, dan berhenti. Quitters dalam
bekerja memperlihatkan sedikit ambisi, motivasi yang rendah dan mutu dibawah
standar.
2) Individu
yang berkemah (campers)
Menurut
Stoltz, individu yang memiliki kecerdasan adversitas sedang (campers) merupakan individu yang mulai
mendaki, namun karena bosan, individu tersebut mengakhiri pendakiannya dan
mencari tempat yang rata dan nyaman sebagi tempat persembunyian dari situasi
yang tidak bersahabat. Campers dengan
penuh perhitungan melakukan pekerjaan yang menuntut kreativitas dan resiko yang
tidak terlalu sulit, tetapi biasanya dengan memilih jalan yang relatif aman.
Mereka merasa puas dengan mencukupi dirinya, mengorbankan kesempatan untuk
melihat atau mengalami suatu kemajuan, tidak mau mengembangkan diri, dan tidak merasa
bersalah untuk berhenti berusaha. Dalam dunia kerja, campers masih menunjukkan sejumlah inisiatif, sedikit semangat, dan
beberapa usaha.
3) Individu
yang mendaki (climbers)
Climbers
atau si pendaki adalah sebutan bagi individu yang memiliki kecerdasan
adversitas tinggi. Climbers adalah
pemikir yang selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan, dan tidak pernah
membiarkan umur, jenis kelamin, ras, cacat fisik atau mental, atau hambatan
lainnya menghalanginya. Climbers
menjalani hidupnya secara lengkap. Climbers
selalu menyambut tantangan-tantangan yang ada. Climbers sering merasa sangat yakin pada sesuatu yang lebih besar
daripada diri mereka. Keyakinan ini membuat mereka bertahan saat menghadapi
situasi yang sulit. Climbers sangat
gigih, ulet dan tabah. Mereka terus bekerja keras. Saat mereka menemui jalan
buntu, mereka akan mencari jalan lain. Saat merasa lelah mereka akan melakukan
introspeksi diri dan terus bertahan. Mereka memiliki kematangan dan
kebijaksanaan untuk memahami bahwa kadang-kadang manusia perlu mundur sejenak supaya
dapat bergerak maju lagi. Climbers
bersedia mengambil resiko, menghadapi tantangan, mengatasi rasa takut,
mempertahankan visi, memimpin, dan bekerja keras sampai pekerjaannya selesai.
Tipe
tipe individu di atas menjelaskan cara tiap - tiap orang merespon situasi sulit
untuk menuju kesuksesan. Dimana tipe -tipe individu tersebut dapat berubah dari
tipe yang satu ke yang lainnya sesuai dengan kemampuan beradaptasi individu.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan
Adversitas
Stoltz
menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan
adversitas antara lain:
1) Bakat
Bakat
menggambarkan penggabungan antara keterampilan, kompetensi, pengalaman dan
pengetahuan yakni apa yang diketahui dan mampu dikerjakan oleh seorang
individu.
2) Kemauan
Kemauan
menggambarkan motivasi, antusiasme, gairah, dorongan, ambisi, dan semangat yang
menyala – nyala.
3) Kecerdasan
Menurut
Gardner terdapat tujuh bentuk kecerdasan, yaitu linguistik, kinestetik,
spasial, logika matematika, musik, interpersonal, dan intrapersonal. Individu memiliki
semua bentuk kecerdasan sampai tahap tertentu dan beberapa di antaranya ada
yang lebih dominan.
4) Kesehatan
Kesehatan
emosi dan fisik juga mempengaruhi individu dalam mencapai kesuksesan.
5) Karakteristik
kepribadian
Karakteristik
kepribadian seorang individu seperti kejujuran, keadilan, ketulusan hati,
kebijaksanaan, kebaikan, keberanian dan kedermawanan merupakan sejumlah
karakter penting dalam mencapai kesuksesan.
6) Genetika
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik merupakan salah satu faktor yang
mendasari perilaku dalam diri individu.
7) Pendidikan
Pendidikan
mempengaruhi kecerdasan, pembentukan kebiasaan yang sehat, perkembangan watak,
keterampilan, hasrat, dan kinerja yang dihasilkan individu.
8) Keyakinan
Keyakinan
merupakan ciri umum yang dimiliki oleh sebagian orang-orang sukses karena iman
merupakan faktor yang sangat penting dalam harapan, tindakan moralitas,
kontribusi, dan bagaimana kita memperlakukan sesama kita.
Semua
faktor yang telah disebutkan di atas merupakan hal-hal yang dibutuhkan untuk tetap
bertahan dalam situasi yang sulit agar mencapai kesuksesan.Menurut Anthony dkk ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan indvidu untuk dapat berhasil
beradaptasi meskipun dihadapkan pada keadaan yang sulit, yaitu:
1)
Kepribadian
Orang
yang mampu beradaptasi dengan keadaan yang sulit adalah orang yang adaptable. Mereka berusaha untuk melihat
suatu masalah dari berbagai sisi.
2) Keluarga
Orang
yang mampu beradaptasi dengan keadaan yang sulit memiliki hubungan yang baik
dengan salah satu atau kedua orangtua yang mendukungnya.
3) Kemampuan untuk belajar dari pengalaman (learning experience)
Orang
yang mampu beradaptasi dengan keadaan sulit berpengalaman dalam memecahkan
masalah – masalah sosial. Mereka menghadapi perubahan yang terjadi pada diri
mereka, mencari solusi, dan belajar bahwa mereka memiliki keahlian untuk
mengendalikan semua hal - hal buruk yang menimpa mereka.
5. Komentar
Kecerdasan
seseorang dinilai tak hanya dilihat dari intellectual
quotient (IQ), tetapi juga harus ada
keseimbangan dengan emotional quotient (EQ), dan spiritual quotient (SQ).
IQ yang tinggi bukanlah penentu kesuksesan. Menurut penelitian orang yang
ber-IQ tinggi cenderung mengalami kesulitan dalam bergaul, berinteraksi,
mengembangkan diri dan bersikap baik. Oleh karena itu, IQ tinggi harus
dibarengi dengan EQ yang tinggi. Dengan EQ kita justru akan mendalami kecerdasan
intelektual kita dalam berbuat dan berperilaku. Beberapa pakar kecerdasan
menemukan tiga tingkatan alam dalam otak manusia, yaitu alam sadar (IQ), alam
pra sadar (EQ) dan sebuah unsur terdalam otak yang biasa disebut God Spot yaitu sebuah titik terang yang
berada di alam bawah sadar manusia (SQ).
Dalam
sebuah organisasi setiap orang adalah pemimpin, minimal pemimpin untuk dirinya
sendiri. Aspek IQ, EQ dan SQ dianggap perlu dimiliki oleh seseorang. Bahkan,
ada satu lagi yang juga perlu dimiliki seseorang yakni adversity quotient (AQ)
karena di situlah kecerdasan seseorang dalam menghadapi masalah dan kesulitan
diuji, terlebih jika orang tersebut adalah pemimpin. Seorang pemimpin yang
berlandaskan pada IQ saja, maka visi misi serta orientasi kerjanya sebatas pada
hal-hal yang sifatnya materialistis, matematis dan pragmatis dengan
mengeyampingkan hal-hal yang berbau spiritualitas dan sentuhan hati nurani
karena tujuan utamanya sebatas mencari kepuasan materiil dan duniawi. Pemimpin
yang menggunakan nilai EQ akan menggunakan hatinya dalam memimpin. Namun
pendekatan EQ ini sasaran akhirnya cenderung masih tetap sama dengan pendekatan
IQ yakni sebatas mengejar kepuasan materiil
atau duniawi. Artinya masih mengabaikan hubungan dengan Allah Subhanahu
Wa Ta’ala. Pemimpin yang mendalami dan menerapkan nilai SQ dipadukan dengan EQ,
tujuan utamanya semata-mata mencari ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Visi
misinya jauh ke depan, tidak sebatas akhirnya kehidupan dunia saja tetapi sampai
pada kehidupan akhirat dimana semua perilaku di dunia akan
dipertanggungjawabkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Oleh karena itu,
pengukuran kinerja tidak hanya bersadarkan hasil tetapi kriteria proses untuk
mencapai hasil tersebut juga diperhatikan. Kinerja dapat berupa produk akhir
(barang/jasa) atau berbentuk perilaku, kecakapan, kompetensi, sarana dan
keretampilan spesifik yang mendukung pencapaian organisasi. Nilai-nilai AQ
menjadi pelengkap dari keseluruhan aspek. Dengan AQ yang tinggi, pemimpin akan
mampu menghadapi rintangan atau halangan yang menghadang dalam mencapai tujuan.
Ada empat dimensi dalam AQ, antara lain: dimensi control, origin and ownership, reach dan endurance. Dimensi control
terikait dengan EQ yakni sejauh mana seseorang mampu mengelola kesulitan yang
akan datang. Dimensi kedua tentang origin
sangat terkait dengan SQ yakni berasal dari dirinya, atau sejauhmana seseorang
menyalahkan dirinya ketika ia mendapati bahwa kesalahan tersebut berasal dari
dirinya, atau sejauhmana seseorang menyalahkan orang lain atau lingkungan yang
menjadi sumber kesulitan atau kegagalannya. Dan yang lebih penting adalah
sejauhmana kesediaan untuk bertanggung jawab atas kesalahan atau kegagalan
tersebut (dimensi ownership).
Subscribe to:
Posts (Atom)