PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persediaan bahan baku dalam suatu perusahaan merupakan faktor utama yang memungkinkan terlaksananya proses produksi dengan lancar karena tanpa adanya persediaan bahan baku perusahaan akan dihadapkan pada risiko tidak dapat memenuhi permintaan konsumen. Hal ini bisa terjadi karena tidak selamanya bahan baku yang diperlukan tersedia setiap saat, sehingga perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang diinginkan. Oleh sebab itu setiap perusahaan harus mampu mempertahankan jumlah persediaan yang optimal.
Metode yang digunakan dalam perencanaan bahan baku agar jumlah persediaan optimal adalah Economic Order Quantity (EOQ), Just In Time (JIT), dan Material Requirement Planning (MRP). Dari ketiga metode tersebut metode yang cocok dengan kondisi perusahaan adalah Material Requirement Planning (MRP) yang merupakan metode perencanaan bahan baku, dimana diketahui bahwa perusahaan tersebut mengalami kekurangan bahan baku.
Metode Economic Order Quantity (EOQ) merupakan pemesanan bahan baku yang paling ekonomis yang dilakukan oleh perusahaan sehingga metode tersebut tidak dapat diterapkan sebagai metode perencanaan bahan baku perusahaan. Metode Just In Time (JIT) juga tidak dapat diterapkan dalam perusahaan jika bahan baku didatangkan dari luar kota atau lokasi yang jauh sehingga pengiriman bahan baku membutuhkan waktu yang lama.
Material Requirement Planning (MRP) merupakan suatu konsep dalam manajemen produksi atau operasi yang membahas tentang cara yang tepat dalam perencanaan kebutuhan bahan baku dalam proses produksi, sehingga bahan yang dibutuhkan dapat tersedia sesuai dengan yang direncanakan. Dengan Material Requirement Planning (MRP) perusahaan dapat mengetahui jumlah bahan baku yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu produk di masa yang akan datang sehingga perusahaan dapat mengoptimalkan persediaan bahan baku.
Kumalaningrum dkk (2011:173) mengungkapkan bahwa Material Requirement Planning (MRP) memiliki kelebihan dibandingkan dengan Economic Order Quantity (EOQ) dan Just In Time (JIT), dimana Material Requirement Planning (MRP) memiliki respon terhadap permintaan pasar yang lebih baik, memiliki kemampuan mengubah jadwal induk, dapat menunda
atau membatalkan pesanan, dapat mengubah kuantitas pesanan, dan dapat memajukan atau menunda batas waktu pesanan. Penyusunan MRP
membutuhkan beberapa input diantaranya Jadwal induk produksi (JIP), data persediaan, dan bill
of material (BOM).
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut maka yang menjadi
pokok permasalahan dalam makalah
ini
antara lain:
1. Apa pengertian dari Material Requirement Planning
(MRP)?
2. Apa tujuan dan manfaat Material Requirement Planning?
3. Apa saja kelebihan dan kelemahan MRP?
4. Bagaimana proses dilakukannya Material Requirement
Planning (MRP)?
5. Apa
saja Input dan Output Material Requirement Planning?1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini antara lain:
1.
Agar
dapat mengetahui dan memahami pengertian dari Material Requirement Planning
(MRP)
2.
Agar
dapat mengetahui dan memahami tujuan dan manfaat Material Requirement Planning
3.
Agar
dapat mengetahui dan memahami kelebihan dan kelemahan MRP
4.
Agar
dapat mengetahui dan memahami proses dilakukannya Material Requirement Planning
(MRP)
5. Agar dapat mengetahui
dan memahami Input dan Output Material Requirement Planning
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Material Requirements Planning (MRP)
Material Requirements Planning
(MRP) dapat didefinisikan sebagai suatu teknik atau set prosedur yang
sistematis untuk penentuan kuantitas serta waktu dalam proses perencanaan dan
pengendalian kebutuhan bahan terhadap komponen-komponen permintaan yang saling
bergantungan (Dependent demand items). Kumalaningrum dkk (2011:172)
mengungkapkan bahwa Material Requirements
Planning (MRP) merupakan suatu sistem informasi yang dirancang secara
khusus untuk tujuan mengelola persediaan (inventory)
terhadap dependent demand dan
merancang skedul penambahan pemesanan. Romney dan Steinbart (2009:152) mengemukakan bahwa Material Requirement Planning (MRP)
berusaha untuk mengefisienkan persediaan
yang dibutuhkan
dengan cara
menjadwalkan produksi, bukan
memperkirakan kebutuhan.
Material Requirement Planning (MRP) dapat didefinisikan sebagai suatu teknik
atau set prosedur yang sistematis dalam penentuan kuantitas serta waktu dalam
proses pengendalian kebutuhan bahan terhadap komponen-komponen permintaan yang
saling bergantungan (Gaspersz, 1998).
MRP adalah cara untuk menentukan jumlah parts, komponen,
dan material yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu produk. MRP menyediakan
informasi jadwal waktu guna mengatur kapan & berapa banyak tiap material,
parts, dan komponen dipesan atau diproduksi.
2.2. Kemampuan Material Requirement Planning (MRP)
Ada empat kemampuan
yang menjadi ciri utama dari Material
Requirement Planning (MRP), yaitu:
a.
Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat
Maksudnya
adalah menentukan secara tepat kapan suatu pekerjaan harus diselesaikan atau
kapan material harus tersedia untuk memenuhi permintaan atas produk akhir yang
sudah direncanakan pada jadwal induk produksi.
b.
Membentuk kebutuhan minimal untuk setiap item
Dengan diketahuinya kebutuhan
akan produk jadi, MRP dapat menentukan secara tepat sistem penjadwalan
(berdasarkan prioritas) untuk memenuhi semua kebutuhan minimal setiap item
komponen.
c.
Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan
Maksudnya adalah memberikan
indikasi kapan pemesanan atau pembatalan terhadap pesanan harus dilakukan, baik
pemesanan yang diperoleh dari luar atau dibuat sendiri.
d.
Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu
jadwal yang sudah direncanakan
Apabila kapasitas tidak mampu memenuhi pesanan yang dijadwalkan pada
waktu yang diinginkan, maka MRP dapat memberikan indikasi untuk melakukan
rencana penjadwalan ulang dengan menentukan prioritas pesanan yang realistis.
2.3. Tujuan
dan Manfaat Material Requirements Planning (MRP)
a. Tujuan Material Requirements Planning (MRP)
1)
Meminimalkan
persediaan
MRP menentukan
berapa banyak dan kapan suatu komponen diperlukan disesuaikan dengan Jadwal
Induk Produksi (JIP). Dengan menggunakan komponen ini, pengadaan (pembelian)
atas komponen yang diperlukan untuk suatu rencana produksi dapat dilakukan
sebatas yang diperlukan saja sehingga dapat meminimalkan biaya persediaan.
2)
Mengurangi
risiko karena keterlambatan produksi atau pengiriman
MRP
mengidentifikasikan banyaknya bahan dan komponen yang diperlukan baik dari segi
jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu perkiraan produksi maupun
pengadaan atau pembelian komponen, sehingga memperkecil resiko tidak
tersedianya bahan yang akan diproses yang mengakibatkan terganggunya rencana
produksi.
3)
Komitmen
yang realistis
Dengan MRP, jadwal
produksi diharapkan dapat dipenuhi sesuai rencana, sehingga komitmen terhadap
pengiriman barang dapat dilakukan secara lebih realistis. Hal ini mendorong
meningkatnya kepuasan dan kepercayaan konsumen.
4) Meningkatkan efisiensi
MRP
juga mendorong peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan, waktu produksi dan waktu pengiriman barang
dapat direncanakan lebih baik
sesuai dengan jadwal induk produksi (JIP).
b. Manfaat Material Requirements Planning (MRP)
1) Peningkatan
pelayanan dan kepuasan konsumen;
2) Peningkatan
pemanfaatan fasilitas dan tenaga kerja;
3) Perencanaan
dan penjadwalan persediaan yang lebih baik;
4) Tanggapan
yang lebih cepat terhadap perubahan dan pergeseran pasar;
5) Tingkat
persediaan yang optimal.
2.4. Kelebihan dan
Kelemahan Material Requirement Planning (MRP)
a.
Kelebihan Material Requirement Planning (MRP)
1)
Kemampuan memberi harga lebih kompetitif;
2)
Mengurangi harga penjualan;
3)
Mengurangi Inventori;
4)
Pelayanan pelanggan yang lebih baik;
5)
Respon terhadap permintaan pasar lebih baik;
6)
Kemampuan mengubah jadwal induk;
7)
Menunda atau membatalkan pesanan;
8)
Mengubah kuantitas pesanan;
9)
Memajukan atau menunda batas waktu pesanan.
b.
Kelemahan Material Requirement Planning (MRP)
1) penggunaan sistem MRP adalah integritas
data. Jika terdapat data salah pada data persediaan, bill material data/master
schedule kemudian juga akan menghasilkan data salah;
2) MRP sistem membutuhkan data spesifik berapa
lama perusahaan menggunakan berbagai komponen dalam memproduksi produk tertentu
(asumsi semua variable);
3) sistem ini juga mengasumsikan bahwa "lead
time" dalam proses in manufacturing sama untuk setiap item
produk yang dibuat.
2.5. Proses
Material
Requirements Planning (MRP)
Langkah-langkah dasar dalam penyusunan Material Requirements Planning yaitu:
a. Netting (kebutuhan bersih)
Menentukan kebutuhan bersih adalah selisih antara kebutuhan
kotor (gross requirement) dengan persediaan yang ada ditangan (on
hand).
b. Lotting (kuantitas pesanan)
Menentukan jumlah pesanan tiap komponen
yang didasarkan kebutuhan bersih (net
requirement) yang dihasilkan dari proses netting.
c. Offsetting (rencana pemesanan)
menentukan waktu pemesanan yang direncanakan dengan
mempertimbangkan tenggang waktu (Lead
Time) proses atau pemesanan pada supplier.
d. Exploding
Menentukan jumlah tiap komponen
untuk membuat sejumlah barang jadi yang diperlukan dengan menentukan Bill Of
Material (BOM) dan kebutuhan kotor tiap komponen.
2.6. Teknik Penentuan Lotting dalam Material
Requirement Planning (MRP) Terdapat tiga alternatif teknik yang
digunakan dalam penentuan ukuran lot
yang dikemukakan oleh Kumalaningrum dkk (2011:180), yaitu:
1. Lot For Lot
(LFL)
Teknik penentuan lotting dimana jumlah yang dipesan sama dengan jumlah yang
dibutuhkan sehingga tidak ada sisa persediaan.
2. Economic
Order Quantity (EOQ)
Pendekatan
menggunakan konsep minimasi ongkos simpan dan ongkos pesan. Dalam teknik ini
besarnya ukuran lot adalah tetap, penentuan
lot berdasarkan biaya pesan dan biaya
simpan, dengan rumus sebagai berikut:
EOQ
=
Dimana:
R = Kebutuhan bahan baku dalam
sebulan
O = Biaya pemesanan setiap kali
pesan
C = Biaya simpan
3. Period
Order Quantity (POQ)
POQ menggunakan alasan ekonomi yang
sama dengan EOQ tetapi POQ menentukan
jumlah periode yang akan dicakup oleh setiap pesanan daripada jumlah pesanan. Dengan mengambil dasar perhitungan pada
metode pesanan ekonomis maka nilai POQ dapat diperoleh dengan menggunkan rumus sebagai
berikut:
POQ =
4. Metode Part
Periode Balancing (PPB)
Menurut Render dan Heizer (2001) dalam
penelitian (Surianto, 2013) bahwa teknik Part Periode Balancing merupakan
pendekatan yang lebih dinamis untuk menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan, teknik ini membentuk bagian periode ekonomis yang merupakan rasio
antara biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan. PPB secara sederhana
menambahkan kebutuhan sampai nilai bagian periode mencapai EPP (Economic Part
Periode). EPP adalah kuantitas pembelian yang dapat menyeimbangkan metode Lot
for Lot (LFL), biaya pemesanan dan biaya penyimpanan berdasarkan kebutuhan
bersih kumulatif dari beberapa periode yang digabungkan.
Teknik PPB berusaha memiliki prinsip
menggabungkan suatu periode ke periode berikutnya dan menghitung kumulatif
kebutuhan bersih dari periode gabungan tersebut dan juga menghitung kumulatif
bagian periodenya. Kumulatif bagian periode diperoleh dengan mengkumulatifkan
perkalian kebutuhan bersih suatu periode dengan periode tambahan yang
ditanggung. Bagian gabungan periode yang paling mendekati nilai EPP adalah merupakan
pilihan gabungan periode yang dipilih, demikian juga untuk periode
berikutnya. Besar
pesanan adalah sebesar kebutuhan bersih kumulatif yang dilakukan sebelum
kebutuhan tersebut terjadi dengan harapan akan diterima tepat pada awal periode
gabungan tersebut dan akan digunakan selama periode gabungan, perhitungannya
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
5. Metode Algoritma
Wagner-Whitin (WW)
Teknik ini menggunakan prosedur
optimasi yang didasari model program dinamis yang menambahkan beberapa
kerumitan pada perhitungan ukuran lot. Prosedur ini mengasumsikan sebuah
horizon waktu yang terbatas di luar keadaan di mana tidak ada kebutuhan bersih
tambahan, prosedur ini memberikan hasil yang baik. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan strategi pemesanan yang optimum untuk seluruh Jadwal kebutuhan
bersih dengan jalan meminimalkan total ongkos pengadaan dan ongkos simpan. Pada
dasarnya, teknik ini menguji semua cara pemesanan yang mungkin dalam memenuhi
kebutuhan bersih setiap periode yang ada pada horizon perencanaan sehingga
senantiasa memberikan jawaban optimal.
2.7. Input dan Output Material Requirement Planning (MRP)
a. Input Material Requirement Planning (MRP)
1)
Jadwal
Induk Produksi (Master Production Schedule), merupakan ringkasan skedul
produksi produk jadi untuk periode mendatang yang dirancang berdasarkan pesanan
pelanggan atau peramalan permintaan. JIP berisi perencanaan secara mendetail
mengenai jumlah produksi yang dibutuhkan untuk setiap produk akhir beserta
periode waktunya untuk suatu jangka perencanaan dengan memperhatikan kapasitas
yang tersedia. Sistem MRP mengasumsikan bahwa pesanan yang dicatat dalam JIP
adalah pasti, kendatipun hanya merupakan peramalan.
2)
Status
Persediaan (Inventory Master File atau Inventory Status Record),
merupakan catatan keadaan persediaan yang menggambarkan status semua item yang
ada dalam persediaan yang berkaitan dengan:
a)
Jumlah persediaan
yang dimiliki pada setiap periode (on hand inventory);
b) Jumlah barang yang sedang dipesan dan kapan
pesanan tersebut akan datang (on order inventory);
c)
Lead time dari setiap bahan.
3)
Struktur
Produk (Bill Of Material), merupakan kaitan antara produk dengan
komponen penyusunnya yang memberikan informasi mengenai daftar komponen,
campuran bahan dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat produk. BOM juga
memberikan deskripsi, penjelasan dan kuantitas dari setiap bahan baku yang
diperlukan untuk membuat satu unit produk.
b. Output
Material Requirement Planning (MRP)
1) Planned
Order Schedule (Jadwal Pesanan
Terencana) penentuan jumlah kebutuhan material serta waktu pemesanannya untuk
masa yang akan datang;
2)
Order Release Report (Laporan Pengeluaran Pesanan) berguna bagi pembeli yang akan digunakan untuk
bernegoisasi dengan pemasok dan berguna juga bagi manajer manufaktur yang akan
digunakan untuk mengontrol proses produksi;
3)
Changes to Planning Orders (Perubahan terhadap pesanan yang telah direncanakan) yakni dengan pembatalan pesanan,
pengurangan pesanan dan pengubahan jumlah pesanan;
4) Performance Report (Laporan Penampilan), suatu tampilan yang menunjukkan sejauh mana sistem bekerja, kaitannya dengan kekosongan stock dan ukuran yang lain.
2.8. Format Material
Requirement Planning (MRP)
Tabel 2.1 Format MRP
Item:
|
Lead Time:
|
|||
Periode
|
1
|
2
|
3
|
4
|
GR
|
||||
PORec
|
||||
OH
|
||||
NR
|
||||
PORel
|
Keterangan:
GR : Gross Requirement (kebutuhan kotor)
OH : On Hand (persediaan di tangan)
NR :
Net Requirement (kebutuhan bersih)
PORec : Planned
Order Receipts (rencana penerimaan pemesanan)
PORel : Planned
Order Release (rencana pemesanan)
2.9 Penelitian yang Membahas
Studi Kasus Mengenai Penerapan Material
Requirements Planning (MRP)
Agus Surianto (2013) dalam
jurnal yang berjudul “Penerapan Metode Material
Requirement Planning (MRP) di PT. Bokormas Mojokerto” memaparkan perbandingan
antara kondisi sistem persediaan yang lama di dalam perusahaan dan kondisi
sistem persediaan yang baru setelah diterapkannya metode Material Requirement
Planning (MRP). Pada penelitian ini didapatkan dalam kondisi lama perusahaan :
1.
Mengalami
ketidaksesuaian antara permintaan dengan produksi, di suatu saat perusahaan
mengalami surplus produksi yang sangat besar namun di suatu saat yang lain
perusahaan juga mengalami defisit produksi sehingga kapasitas produksi tidak
bisa optimal.
2.
Berkaitan dengan biaya pengendalian persediaan,
perusahaan memandang biaya
pengendalian persediaan bahan baku untuk rokok sebagai biaya tetap yang setiap bulannya harus dikeluarkan perusahaan. Padahal seharusnya biaya tersebut
bersifat variabel karena bersarnya biaya tergantung
dari volume item sehingga biaya persediaan yang dikeluarkan sangat besar.
Setelah perusahaan menerapkan sistem
MRP, terjadi perbaikan dalam hal :
1.
Dalam
menjalankan proses produksi, sebaiknya perusahaan melakukan produksi sesuai
dengan permintaan karena perusahaan akan lebih hemat jika dibandingkan dengan
saat perusahaan melakukan produksi sesuai kapasitas produksi. Selain
penghematan perusahaan juga tetap dapat memenuhi permintaan konsumen dengan
pemanfaatan kapasitas produksi yang optimal, selain itu beban kerja karyawan
akan lebih rendah dan dapat mengurangi tingkat stres karyawan.
2.
Biaya
persediaan yang meliputi biaya penyimpanan dan biaya penyetelan lebih fleksibel sebagai biaya variabel, besarnya
biaya penyimpanan tergantung pada jumlah
atau volume item yang disimpan dan biaya penyetelan ditentukan berdasarkan jumlah penyetelan yang
dilakukan perusahaan sehingga besarnya biaya
persediaan jauh lebih kecil pada kondisi baru (dengan penerapan MRP) dari pada kondisi lama
3.
Dalam menentukan jumlah pemesanan bahan baku, penentuan
jumlah kebutuhan bahan baku
diturunkan dari jumlah kebutuhan produk jadi berdasatkan struktur produk (BoM) dan metode penentuan ukuran lot pemesanan bahan baku untuk setiap bahan
baku berbeda tergantung karakteristik
jenis bahan baku, tingkat pemakaian bahan baku, serta biaya penyimpanan dan biaya penyetelan bahan
baku. Perusahaan dapat melakukan pesanan
terjadwal berdasarkan lembar hasil perhitungan MRP sehingga perusahaan dapat melakukan pemesanan tepat
waktu dan terjadwal sesuai dengan
kebutuhan produksi.
Total
biaya pengendalian persediaan yang dihasilkan dari perhitungan metode Material
Requirement Planning (MRP) sangat jauh lebih rendah dari pada total biaya yang
telah dikeluarkan perusahaan dengan sistem persediaan yang lama. Penerapan MRP
memberikan manfaat bagi perusahaan berupa penghematan biaya pengendalian.
Penghematan dapat tercapai karena dalam sistem MRP menekankan tingkat
persediaan bahan baku seminimal mungkin sesuai dengan kebutuhan.
BAB
3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Material
Requirement Planning (MRP) dapat didefinisikan sebagai suatu teknik atau set
prosedur yang sistematis dalam penentuan kuantitas serta waktu dalam proses
pengendalian kebutuhan bahan terhadap komponen-komponen permintaan yang saling
bergantungan. MRP adalah cara untuk menentukan jumlah parts, komponen, dan
material yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu produk. MRP menyediakan
informasi jadwal waktu guna mengatur kapan & berapa banyak tiap material,
parts, dan komponen dipesan atau diproduksi. MRP merupakan prosedur yang
dirancang untuk menterjemahkan jadwal induk produksi menjadi kebutuhan bersih
semua item.
Tujuan MRP
antara lain: Meminimalkan
persediaan, Mengurangi risiko karena keterlambatan produksi atau pengiriman,
Komitmen yang realistis, Meningkatkan efisiensi. Sedangkan manfaat MRP antara
lain:
1) Peningkatan
pelayanan dan kepuasan konsumen;
2) Peningkatan
pemanfaatan fasilitas dan tenaga kerja;
3) Perencanaan
dan penjadwalan persediaan yang lebih baik;
4) Tanggapan yang
lebih cepat terhadap perubahan dan pergeseran pasar;
5) Tingkat
persediaan yang optimal.
Kelebihan
MRP, antara lain: Kemampuan memberi harga lebih kompetitif; Mengurangi harga
penjualan; Mengurangi Inventori; Pelayanan pelanggan yang lebih baik; Respon
terhadap permintaan pasar lebih baik; Kemampuan mengubah jadwal induk; Menunda
atau membatalkan pesanan; Mengubah kuantitas pesanan; Memajukan atau menunda
batas waktu pesanan. Sedangkan Kelemahan dari MRP, antara lain:
1) penggunaan
sistem MRP adalah integritas data. Jika terdapat data salah pada data
persediaan, bill material data/master schedule kemudian juga akan menghasilkan
data salah;
2) MRP sistem
membutuhkan data spesifik berapa lama perusahaan menggunakan berbagai komponen
dalam memproduksi produk tertentu (asumsi semua variable);
3) sistem ini
juga mengasumsikan bahwa "lead time" dalam proses in manufacturing
sama untuk setiap item produk yang dibuat.
Mekanisme MRP
antara lain: Netting (kebutuhan bersih), Lotting (kuantitas pesanan),
Offsetting (rencana pemesanan) dan Exploding.
Input dari MRP adalah inventory record, bill of material,
master production schedule. Output dari MRP adalah Planned Order Schedule
(Jadwal Pesanan Terencana), Order Release Report (Laporan Pengeluaran Pesanan),
Changes to Planning Orders (Perubahan terhadap pesanan yang telah direncanakan) dan Performance Report
(Laporan Penampilan).
Analisis yang
dilakukan terhadap perusahaan PT. Bokormas Mojokerto terhadap biaya persediaan
sebelum dan sesudah diterapkannya MRP menunjukkan hasil bahwa sistem MRP
menekankan tingkat persediaan bahan baku seminimal mungkin sesuai dengan
kebutuhan. Secara keseluruhan tiap tahan penerapan Material Requirement
Planning (MRP) memberikan hasil positif bagi PT. Bokormas Mojokerto selain
penghematan biaya persediaan perushaan juga tetap dapat menjamin kelancaran
proses produksi sehingga proses produksi berjalan efisien.
DAFTAR
PUSTAKA
https://2satu0satu.wordpress.com/2010/12/28/mrp-material-requirement-planning/ (diakses tanggal
01 Desember 2014)
Kumalaningrum, M.P. dkk. 2011. Manajemen Operasi. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN
Romney, M.B. dan
Steinbart, P.J. 2009. Accounting
Information Systems edisi 9 buku dua. Jakarta: Salemba Empat
No comments:
Post a Comment