Saturday 26 March 2016

Kecerdasan Menghadapi Kesulitan (Adversity Quetiont)

1.   Pengertian Kecerdasan Adversitas
     Kecerdasan adversitas pertama kali diperkenalkan oleh Paul G. Stoltz yang disusun berdasarkan hasil riset lebih dari 500 kajian di seluruh dunia. Kecerdasan adversitas ini merupakan terobosan penting dalam pemahaman tentang apa yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan. Stoltz mengatakan bahwa sukses tidaknya seorang individu dalam pekerjaan maupun kehidupannya ditentukan oleh kecerdasan adversitas, dimana kecerdasan adversitas dapat memberitahukan: (1) seberapa jauh individu mampu bertahan menghadapi kesulitan dan kemampuan untuk mengatasinya; (2) siapa yang akan mampu mengatasi kesulitan dan siapa yang akan hancur; (3) siapa yang akan melampaui harapan- harapan atas kinerja dan potensi mereka serta siapa yang akan gagal; dan (4) siapa yang akan menyerah dan siapa yang akan bertahan.
     Kecerdasan adversitas adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk dapat mengatasi suatu kesulitan, dengan karakteristik mampu mengontrol situasi sulit, menganggap sumber-sumber kesulitan berasal dari luar diri, memiliki tanggung jawab dalam situasi sulit, mampu membatasi pengaruh situasi sulit dalam aspek kehidupannya, dan memiliki daya tahan yang baik dalam menghadapi situasi atau keadaan yang sulit.

2. Dimensi-dimensi Kecerdasan Adversitas
Menurut Stoltz, kecerdasan adversitas memiliki empat dimensi yang biasa disingkat dengan CO2RE yaitu:
a. Control (C)
Dimensi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak atau seberapa besar kontrol yang dirasakan oleh individu terhadap suatu peristiwa yang sulit. Individu yang memiliki tingkat kecerdasan adversitas yang tinggi merasa bahwa mereka memiliki kontrol dan pengaruh yang baik pada situasi yang sulit bahkan dalam situasi yang sangat di luar kendali. Individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi control akan berpikir bahwa pasti ada yang bisa dilakukan, selalu ada cara menghadapi kesulitan dan tidak merasa putus asa saat berada dalam situasi sulit.
b. Origin dan Ownership (O2)
Dimensi ini mempertanyakan dua hal, yaitu apa atau siapa yang menjadi penyebab dari suatu kesulitan dan sampai sejauh manakah seseorang mampu menghadapi akibat-akibat yang ditimbulkan oleh situasi sulit tersebut.
v Origin
Dimensi ini mempertanyakan siapa atau apa yang menimbulkan kesulitan. Dimensi ini berkaitan dengan rasa bersalah. Individu yang memiliki kecerdasan adversitas tinggi menganggap sumber-sumber kesulitan itu berasal dari orang lain atau dari luar. Individu yang memiliki tingkat origin yang lebih tinggi akan berpikir bahwa ia merasa saat ini bukan waktu yang tepat, setiap orang akan mengalami masa-masa yang sulit, atau tidak ada yang dapat menduga datangnya kesulitan.
v Ownership
Dimensi ini mempertanyakan sejauh mana individu bersedia mengakui akibat yang ditimbulkan dari situasi yang sulit. Individu yang memiliki kecerdasan adversitas tinggi mampu bertanggung jawab dan menghadapi situasi sulit tanpa menghiraukan penyebabnya serta tidak akan menyalahkan orang lain.
c. Reach (R)
Dimensi ini merupakan bagian dari kecerdasan adversitas yang mengajukan pertanyaan sejauh mana kesulitan yang dihadapi akan mempengaruhi bagian atau sisi lain dari kehidupan individu. Individu yang memiliki kecerdasan adversitas tinggi memperhatikan kegagalan dan tantangan yang mereka alami, tidak membiarkannya mempengaruhi keadaan pekerjaan dan kehidupan mereka.
d. Endurance (E)
Dimensi keempat ini dapat diartikan ketahanan yaitu dimensi yang mempertanyakan berapa lama suatu situasi sulit akan berlangsung. Individu yang memiliki kecerdasan adversitas tinggi memiliki kemampuan yang luar biasa untuk tetap memiliki harapan dan optimis.

3. Tipe – tipe Individu
Stoltz menjelaskan teori kecerdasan adversitas dengan menggambarkan konsep pendakian “gunung”, yaitu menggerakkan tujuan hidup ke depan, apapun tujuannya. Terkait dengan pendakian, ada tiga tipe individu, yaitu:
1)     Individu yang berhenti (quitters)
Individu yang berhenti (quitters) adalah individu yang menghentikan pendakian, memilih keluar, menghindari kewajiban, mundur, dan berhenti. Quitters dalam bekerja memperlihatkan sedikit ambisi, motivasi yang rendah dan mutu dibawah standar.
2)     Individu yang berkemah (campers)
Menurut Stoltz, individu yang memiliki kecerdasan adversitas sedang (campers) merupakan individu yang mulai mendaki, namun karena bosan, individu tersebut mengakhiri pendakiannya dan mencari tempat yang rata dan nyaman sebagi tempat persembunyian dari situasi yang tidak bersahabat. Campers dengan penuh perhitungan melakukan pekerjaan yang menuntut kreativitas dan resiko yang tidak terlalu sulit, tetapi biasanya dengan memilih jalan yang relatif aman. Mereka merasa puas dengan mencukupi dirinya, mengorbankan kesempatan untuk melihat atau mengalami suatu kemajuan, tidak mau mengembangkan diri, dan tidak merasa bersalah untuk berhenti berusaha. Dalam dunia kerja, campers masih menunjukkan sejumlah inisiatif, sedikit semangat, dan beberapa usaha.
3)     Individu yang mendaki (climbers)
Climbers atau si pendaki adalah sebutan bagi individu yang memiliki kecerdasan adversitas tinggi. Climbers adalah pemikir yang selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan, dan tidak pernah membiarkan umur, jenis kelamin, ras, cacat fisik atau mental, atau hambatan lainnya menghalanginya. Climbers menjalani hidupnya secara lengkap. Climbers selalu menyambut tantangan-tantangan yang ada. Climbers sering merasa sangat yakin pada sesuatu yang lebih besar daripada diri mereka. Keyakinan ini membuat mereka bertahan saat menghadapi situasi yang sulit. Climbers sangat gigih, ulet dan tabah. Mereka terus bekerja keras. Saat mereka menemui jalan buntu, mereka akan mencari jalan lain. Saat merasa lelah mereka akan melakukan introspeksi diri dan terus bertahan. Mereka memiliki kematangan dan kebijaksanaan untuk memahami bahwa kadang-kadang manusia perlu mundur sejenak supaya dapat bergerak maju lagi. Climbers bersedia mengambil resiko, menghadapi tantangan, mengatasi rasa takut, mempertahankan visi, memimpin, dan bekerja keras sampai pekerjaannya selesai.
Tipe tipe individu di atas menjelaskan cara tiap - tiap orang merespon situasi sulit untuk menuju kesuksesan. Dimana tipe -tipe individu tersebut dapat berubah dari tipe yang satu ke yang lainnya sesuai dengan kemampuan beradaptasi individu.

4.  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Adversitas
Stoltz menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan adversitas antara lain:
1)     Bakat
Bakat menggambarkan penggabungan antara keterampilan, kompetensi, pengalaman dan pengetahuan yakni apa yang diketahui dan mampu dikerjakan oleh seorang individu.
2)     Kemauan
Kemauan menggambarkan motivasi, antusiasme, gairah, dorongan, ambisi, dan semangat yang menyala – nyala.
3)     Kecerdasan
Menurut Gardner terdapat tujuh bentuk kecerdasan, yaitu linguistik, kinestetik, spasial, logika matematika, musik, interpersonal, dan intrapersonal. Individu memiliki semua bentuk kecerdasan sampai tahap tertentu dan beberapa di antaranya ada yang lebih dominan.
4)     Kesehatan
Kesehatan emosi dan fisik juga mempengaruhi individu dalam mencapai kesuksesan.
5)     Karakteristik kepribadian
Karakteristik kepribadian seorang individu seperti kejujuran, keadilan, ketulusan hati, kebijaksanaan, kebaikan, keberanian dan kedermawanan merupakan sejumlah karakter penting dalam mencapai kesuksesan.
6)     Genetika
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik merupakan salah satu faktor yang mendasari perilaku dalam diri individu.
7)     Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi kecerdasan, pembentukan kebiasaan yang sehat, perkembangan watak, keterampilan, hasrat, dan kinerja yang dihasilkan individu.
8)     Keyakinan
Keyakinan merupakan ciri umum yang dimiliki oleh sebagian orang-orang sukses karena iman merupakan faktor yang sangat penting dalam harapan, tindakan moralitas, kontribusi, dan bagaimana kita memperlakukan sesama kita.
Semua faktor yang telah disebutkan di atas merupakan hal-hal yang dibutuhkan untuk tetap bertahan dalam situasi yang sulit agar mencapai kesuksesan.Menurut Anthony dkk ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan indvidu untuk dapat berhasil beradaptasi meskipun dihadapkan pada keadaan yang sulit, yaitu:
1)    Kepribadian
Orang yang mampu beradaptasi dengan keadaan yang sulit adalah orang yang adaptable. Mereka berusaha untuk melihat suatu masalah dari berbagai sisi.
2)    Keluarga
Orang yang mampu beradaptasi dengan keadaan yang sulit memiliki hubungan yang baik dengan salah satu atau kedua orangtua yang mendukungnya.
3)    Kemampuan untuk belajar dari pengalaman (learning experience)
Orang yang mampu beradaptasi dengan keadaan sulit berpengalaman dalam memecahkan masalah – masalah sosial. Mereka menghadapi perubahan yang terjadi pada diri mereka, mencari solusi, dan belajar bahwa mereka memiliki keahlian untuk mengendalikan semua hal - hal buruk yang menimpa mereka.

5.  Komentar
Kecerdasan seseorang dinilai tak hanya dilihat dari intellectual quotient (IQ), tetapi juga harus ada keseimbangan dengan emotional quotient (EQ), dan spiritual quotient (SQ). IQ yang tinggi bukanlah penentu kesuksesan. Menurut penelitian orang yang ber-IQ tinggi cenderung mengalami kesulitan dalam bergaul, berinteraksi, mengembangkan diri dan bersikap baik. Oleh karena itu, IQ tinggi harus dibarengi dengan EQ yang tinggi. Dengan EQ kita justru akan mendalami kecerdasan intelektual kita dalam berbuat dan berperilaku. Beberapa pakar kecerdasan menemukan tiga tingkatan alam dalam otak manusia, yaitu alam sadar (IQ), alam pra sadar (EQ) dan sebuah unsur terdalam otak yang biasa disebut God Spot yaitu sebuah titik terang yang berada di alam bawah sadar manusia (SQ).

Dalam sebuah organisasi setiap orang adalah pemimpin, minimal pemimpin untuk dirinya sendiri. Aspek IQ, EQ dan SQ dianggap perlu dimiliki oleh seseorang. Bahkan, ada satu lagi yang juga perlu dimiliki seseorang yakni adversity quotient (AQ) karena di situlah kecerdasan seseorang dalam menghadapi masalah dan kesulitan diuji, terlebih jika orang tersebut adalah pemimpin. Seorang pemimpin yang berlandaskan pada IQ saja, maka visi misi serta orientasi kerjanya sebatas pada hal-hal yang sifatnya materialistis, matematis dan pragmatis dengan mengeyampingkan hal-hal yang berbau spiritualitas dan sentuhan hati nurani karena tujuan utamanya sebatas mencari kepuasan materiil dan duniawi. Pemimpin yang menggunakan nilai EQ akan menggunakan hatinya dalam memimpin. Namun pendekatan EQ ini sasaran akhirnya cenderung masih tetap sama dengan pendekatan IQ yakni sebatas mengejar kepuasan materiil  atau duniawi. Artinya masih mengabaikan hubungan dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Pemimpin yang mendalami dan menerapkan nilai SQ dipadukan dengan EQ, tujuan utamanya semata-mata mencari ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Visi misinya jauh ke depan, tidak sebatas akhirnya kehidupan dunia saja tetapi sampai pada kehidupan akhirat dimana semua perilaku di dunia akan dipertanggungjawabkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Oleh karena itu, pengukuran kinerja tidak hanya bersadarkan hasil tetapi kriteria proses untuk mencapai hasil tersebut juga diperhatikan. Kinerja dapat berupa produk akhir (barang/jasa) atau berbentuk perilaku, kecakapan, kompetensi, sarana dan keretampilan spesifik yang mendukung pencapaian organisasi. Nilai-nilai AQ menjadi pelengkap dari keseluruhan aspek. Dengan AQ yang tinggi, pemimpin akan mampu menghadapi rintangan atau halangan yang menghadang dalam mencapai tujuan. Ada empat dimensi dalam AQ, antara lain: dimensi control, origin and ownership, reach dan endurance. Dimensi control terikait dengan EQ yakni sejauh mana seseorang mampu mengelola kesulitan yang akan datang. Dimensi kedua tentang origin sangat terkait dengan SQ yakni berasal dari dirinya, atau sejauhmana seseorang menyalahkan dirinya ketika ia mendapati bahwa kesalahan tersebut berasal dari dirinya, atau sejauhmana seseorang menyalahkan orang lain atau lingkungan yang menjadi sumber kesulitan atau kegagalannya. Dan yang lebih penting adalah sejauhmana kesediaan untuk bertanggung jawab atas kesalahan atau kegagalan tersebut (dimensi ownership).
           

Wednesday 23 March 2016

Kuliah Online Wisata Hati - Sedekah



Mengharap Sama Allah
By : Ustadz Yusuf Mansur

Allah lah tempat berharap semua yang punya harapan.
Coba? Kepada siapa lagi mereka yang punya hutang berharap?
Sama manusia lagi?
Sehingga sebenernya bukan terbayar hutangnya?
Melainkan bayar hutang dengan hutang yang bertambah besar?
Kepada siapa yang punya hutang lalu bisa mengadu dengan aman, tenang, menenangkan? Selain kepada Allah?
Ketika mengadu kepada manusia, yang ada hanya tambahan kepusingan, tambahan masalah, sebab dia juga barangkali punya masalah.
Dan siapa juga yang siap menerima aduan, keluhan, setiap saat?
Ga ada, kecuali Allah.
Allah bisa memberi kesejukan hati. Allah bisa memberikan rasa adem, rasa tenang. Allah akan kuatkan batin.
Dan Allah akan bukakan harapan demi harapan. Bagi sesiapa yang berharap kepada-Nya, Allah akan mewujudkan harapan itu.
Sementara jika ada manusia yang berharap kepada selain Allah, akan Allah patahkan harapannya itu. Sehingga dia berputus asa dan barulah memanggil Allah sepenuh-penuhnya harapan, “Yaa Allah, hanya Engkau harapan saya satu-satunya...” Begitu biasanya lirihan, rintihan, mereka yang akhirnya ga punya harapan lagi kecuali harapan itu kepada Allah.
Mereka yang uangnya di luar. Mereka yang uangnya di tangan orang. Mereka yang proyeknya gagal. Mereka yang kemudian jadi punya masalah yang katanya sebab kejadian demi kejadian yang tidak bisa dikontrolnya. Mereka yang segala harapan dari uang yang bakal kembali, bakal masuk, proyek yang bakal terbayar, lalu tiba-tiba musnah itu semua, kemana kemudian mereka akan berharap? Kecuali kemudian melihat sajadah yang sudah lama tidak ketempelan sama dahi, kening, jidat, yang serius rintihannya, lirihannya, kepada Allah?
Bahkan saat kita semua berlumur dosa pun, Allah tetap membuka Diri-Nya untuk kita.
Ya. Saat semua pintu tertutup, Allah membuka pintu-Nya. Allah memanggil kembali semua yang kehilangan harapan, agar penuh berharap kepada-Nya.
Allah tidak meminta apa-apa dari mereka yang memiliki harapan. Allah meminta mereka percaya bahwa Allah punya begitu banyak keajaiban yang diperlukan oleh mereka. Mereka meminta ampun kepada Allah. Lantas mereka shalat dan berdoa, lalu bersabar. Menerima dulu semua kejadian dengan lapang, dengan ridha, dengan ikhlas, dengan penuh syukur,
sementara Allah membereskan satu per satu, sehingga terurai semua masalah, selesai semua kesulitan, teratasi semua kesusahan.
Saat tidak ada lagi yang bisa dilakukan, ambil wudhu, gelar sajadah. Shalatlah. Doa lah. Dan satu yang harus dilakukan: Bersabarlah.
Saya menyebut, sementara Allah membereskan semua masalah dan beban hidup kita, terima dulu semua kejadian. Istirahatkan otak. Jangan banyak bertanya dulu. Tenangkan hati. Katakan, ga apa saat ini susah. Ga apa saat ini begitu banyak masalah. Ga apa saat ini kehilangan banyak hal. Ga apa. Sudah saya serahkan kepada Allah semuanya. Yang terjadi, biarlah dulu terjadi. Asal Allah sudah tau dan sudah saya serahkan, maka terserah Allah saja dulu saya ini musti apa, musti gimana.
Hingga diceritakan pernah datang seorang pedagang kepada Allah, yang jika tidak bisa bayar gironya, maka masalah akan datang bertubi-tubi. Gironya bukan selembar. Tapi 2-3 buku giro. Alias buanyak sekali pembayaran. Dia berpikir bahwa dia merugikan banyak sekali orang. Sementara dagangannya bukan saja tidak laku, tidak jadi duit, tapi dagangannya dibawa lari orang. Sementara aset ga punya. Sudah dijual satu demi satu untuk penbayaran ini dan itu. Setumpuk pembayaran, masih di depan mata.
Dia baca Kuliah Tauhid, Allah menjadikan dirinya juga ujian buat yang lain. Bukan menjadikan yang lain doang sebagai ujian buat dia.
Ngerti ya? Paham ya?
Engga? He he he.
Baik. Saya jabarkan sedikit.
Mereka yang tidak terbayarkan gironya, barangkali Allah pun sedang menghendaki kebaikan buat semuanya. Allah hadirkan si pedagang yang ga bisa bayar ini di kehidupan semua yang memegang giro. Siapa pula yang mengizinkan terisi dan tidak satu giro? Siapa pula yang mengizinkan pertemuan dengan pedagang yang memberi giro ini? Siapa yang mengizinkan transaksi dulu terjadi? Allah. Allah yang menghendaki pertemuan itu. Ada yang dosanya diampuni sebab giro itu ga terbayar lalu dia bersabar. Ada yang derajatnya diangkat dengan sebab gironya itu menyusahkan dirinya lalu dia bersabar. Ada yang keadaanya jadi sulit sebab giro itu ga terbayar, sama atau lebih sulit daripada si pedagang itu. Tapi kemudian dia jadi bersabar. Allah jadikan si pedagang yang ga bisa bayar giro ini, ujian bagi semua yang memegang gironya.
Maka begitu juga si pedagang ini. Allah jadikan semua yang berhubungan dengan dia, Allah jadikan semua kejadian yang terjadi kepada dia, sebagai ujian dari-Nya. Maka bersabarlah.
Pedagang ini menangis. Ga tau lagi apa yang musti dilakukan. Dia terima kemudian cacian, makian, hinaan, kemarahan, dan segenap perlakuan, hingga perkara kemudian ada yang membawanya ke kepolisian. Dia pun menjalani itu semua. Dia menurut ketika dijemput polisi. Dia menurut ketika harus menjalani tuduhan penipuan. Dulu hatinya selalu berontak, “Siapa sih yang mau nipu? Siapa sih yang mau ngerugiin orang?” Tapi semua mata jika melihat, semua telinga jika mendengar, akan menjawab, “Ya, kamu! Kamu buka giro ini giro itu, untuk orang, sementara Kamu udah niat ga bakal bayar, sebab Kamu udah tau ga akan terbayar.” Duh. Akhirnya ketika kepasrahan itu datang, ga bertanya lagi. Memilih menerima saja toko hancur, dagangan ga terbayar, dan masuk bui.
Tapi hanya syetan yang berusaha memadamkan harapan. Syetan akan terus mengatakan, “Allah ga bisa bantu Kamu. Lihat, shalat Kamu terakhir-terakhir ini. Lihat sedekah Kamu. Lihat tangisan Kamu di tahajjud Kamu. Lihat. Percuma kan? Kamu tetep susah. Kamu tetap kehilangan toko Kamu. Suami Kamu pun sekarang meninggalkan Kamu. Anak-anak mu tidak ada lagi yang nengokin Kamu. Kawan-kawanmu apalagi...”
Syetan bukan saja memadamkan harapan akan Allah, akan pertolongan-Nya. Bahkan syetan menghadirkan kegelisahan kegelisahan baru, ketakutan ketakutan baru, kekhawatiran kekhawatiran baru. Kalau terus dibiarkan, maka siapa lagi kemudian yang akan membahagiakan hati?
Tapi Allah tetap Allah. Seribu kali kita mengeluhkan tentang Allah tidak mau membantu, Allah tetap akan membantu. Sebagaimana sedekah yang dikeluhkan tidak akan terbayar, akan terbayar. Sedekah yang dikeluhkan tidak bener, ternyata Allah tetap mewujudkannya. Sampai-sampai banyak yang malu sama Allah. Ternyata Janji-Nya bener. Kitanya aja yang ga bersabar.
Saat sedang putus asa, hadir kawan-kawan baru yang membahagiakan. Didatangkan seorang ustadz ke dalam LP di mana dia ada di sana. Memperkenalkannya kepada al Qur’an. Dia mengingat, dia ga ada perhatiannya sama al Qur’an. Ditawarkan kepadanya, al Qur’an itu mudah untuk dihafal. Cukup 1 hari 1 ayat. “Ga usah dihafal deh, coba. Dibaca aja. Tapi bacanya berulang-ulang. 20 sampe 40 kali. Tar juga hafal...”
Manusia sudah membuangnya. Suaminya, anak-anaknya, keluarganya. Semua orang di sekelilingnya. Tapi Allah menerimanya.
Kejadian ini belum lama dikisahkannya. Udah ada One Day One Ayat kan berarti belum lama. Itu dakwah kita atas izin Allah.
Dan itulah Allah. Allah mau menerimanya. Allah kenalkan dia sama kawan-kawan baru. Dia melihat ada yang bener-bener jahat, brengsek, kacau. Tapi dia juga melihat ada banyak orang sepertinya. Dasarnya baik. Tapi barangkali keadaan yang membuatnya dicap sebagai orang jahat juga.
Pelan-pelan dia dekati lagi Qur’an. Satu demi satu kesenangan dihadirkan Allah. Di mana-mana ternyata ada kebahagiaan.
Dan saat itu pun datang. Saat pembebasan. Dia bisa menghargai Allah lebih dari sebelumnya. Dia bisa menghargai waktu luang, kesehatan, ibadah, dan banyak hal yang dulu tidak terlalu disyukurinya.
Suami dan anak-anaknya ternyata menjemputnya. Mereka tidak membuangnya. Mereka tidak melupakannya. Hingga dia baru sadar, setiap bulan mereka datang menjenguknya, membawakan masakan rumah.
2 tahun berlalu. Dengan semua yang dia pernah ga bayar gironya sudah kembali bersahabat. Seiring dengan waktu, semua bisa menerima masing-masing masalahnya. Hutang tetaplah hutang. Yang harus dibayar walau sudah masuk bui. Tapi dia mendapati dirinya sudah bisa membayar, sedikit demi sedikit. Tokonya, yang memang ternyata juga sudah dikontrak selama 10 tahun, kembali dibukanya.
Ada yang beda. Malam-malamnya tetap diisi. Bukan dengan harapan jangka pendek, “besok harus lunas ini, harus bayar itu.” Bukan. Tapi dengan harapan yang dia biarkan Allah bekerja penuh di dalam harapannya itu.
Di dalam LP dia pelajari buku-buku ustadz tersebut. Banyak waktu buat baca.
Saban tahajjud, dia adukan. Hari ini ada yang buka giro. Sebelum buka giro dia udah baca doa. Di pagi hari sebelum buka toko, dia udah shalat, dan berdoa. Agar dihadirkan pembeli yang ga bermasalah. Dan andaipun bermasalah, minta dihadirkan solusinya terus, jangan sampe keburu mentok dan bermasalah lain.
Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. Paginya lapor sama Allah, lewat dhuha. Zuhur lapor lagi atas apa yang terjadi di jam buka sampe zuhur. Ashar lapor lagi. maghrib lapor lagi. isya lapor lagi. Jelang malam lapor lagi. Dan di sepertiga malam, lapor lagi. Begini dan begitu. Seakan-akan Allah itu begitu nampak di hadapannya. Bagaikan pemodal yang harus dilapori terus perkembangan tokonya.
Kehidupannya berubah. Allah melihat 10 tahun tokonya, dia dan suaminya, juga anak-anaknya, harus diajari sesuatu. Sesuatu yang tidak membuat dia dan keluarganya menjadi lalai dari mengingat Allah. Sesuatu yang tidak membuat dia dan keluarganya menjadi lupa sama Allah. Sesuatu itu adalah kejadian yang dianggap jelek, yang ternyata baik.
Allah yang punya segala harapan. Dan bahkan Allah mampu, sanggup, kuasa, mewujudkan harapan lain yang lebih baik daripada harapan kita sendiri.
***
Di tempat lain, berjuta-juta orang berharap sama Allah. Dan Allah ga akan pernah kehabisan cara, kehabisan jalan, kehabisan anugerah, rizki, untuk memenuhi semua harapan itu. Hingga Allah menyebut, jika semua manusia berkumpul, di satu lapangan, dari manusia pertama dulu, hingga akhir zaman. Dan berkumpul pula semua jin. Dari zaman dulu. Hingga akhir zaman. Lalu satu demi satu dari mereka memiliki permintaan, dan ditambah lagi permintaan yang lain, maka Allah tidak akan pernah berkurang perbendaharaan-Nya. Tidak akan pernah berkurang kekayaan-Nya.
Seperti itulah harusnya semua yang berharap, berharap. Tapi munculkan juga kesabarannya. Munculkan rasa baik sangkanya. Munculkan ikhlasnya, ridhanya. Semua Keajaiban yang diperlukan, ada semua di sisi Allah. Dan Allah Maha Pemurah untuk membagi-bagikannya kepada semua yang berharap kepada-Nya. Subhaanallah.
Episode buruk, episode sulit, susah, berantakan, kacau, semua tidak akan jadi seperti yang kita bayangkan, dan tidak akan menjadi buruk, sampe otak kita, akal kita, pikiran kita, perasaan kita, hati kita, mengatakan itu buruk. Semua sesungguhnya baik. Hanya kita ga mengerti bahwa itu lah yang terbaik buat kita.
Ketika Allah menghadirkan satu kesulitan, satu permasalahan, satu kesusahan, sesungguhnya Allah sudah memilihkan yang teringan buat kita. Allah sudah memilihkan yang paling enteng buat kita. Berhentilah mengeluh. Berhentilah meratap. Berhentilah menyumpah serapahi kehidupan. Masih begitu banyak augerah yang Allah berikan,
bukakan, untuk kita. Jangan sampai Allah bukan saja menutup mata kita, tapi menutup semua rasa di hati kita, lalu jadilah semakin sesak nafas kita. Kita bener-bener ga bisa melihat Kebesaran Allah. Kita ga melihat Kekuasaan Allah.
Kepada semua yang sedang susah, kepada semua yang sedang ada hajatnya, shalatlah. Doa lah. Dan bersabarlah. Allah akan datang. Dan Allah akan selalu datang. Bahkan jangan-jangan Allah sudah datang. Sudah bekerja di dalam kehidupan Saudara semua.
***
Insya Allah dengan izin Allah saya tau, bahwa Saudara yang memilih Kuliah Pilihan, Kulia h Solusi, dan Kuliah Khusus, akan melewati juga Kuliah Dasar ini. Hari ini jadwalnya Kuliah Dasar Sedekah. Tapi saya membawanya kepada Kuliah Tauhid lagi, dan lagi. Saya antar diri saya dan sebanyak-banyaknya orang yang bisa saya ajak untuk punya harapan kepada Allah, dan hanya kepada-Nya. Saya ingatkan semuanya, termasuk diri saya sendiri, bahwa semua kejadian, peristiwa, berada di dalam jangkauan Allah. Berada di dalam pengetahuan-Nya. Berada di dalam genggaman-Nya. Allah punya Kuasa-Nya. Allah punya segala yang kita butuhkan. Kita memang yang terlalu lama tidak mengistimewakan diri-Nya. Allah rindu sama kita. Kepengen mendengar rintihan kita. Kepengen mendengar suara terdalam kita yang butuh akan kehadiran-Nya. Butuh akan pertolongan-Nya.
Buat semua kawan yang masih baik-baik saja, masih jaya, masih sakses, masih berlimpah, jangan sampai peristiwa itu didatangkan Allah. Selagi masih banyak karunia, termasuk sehat, berkeluarga, beranak pinak, berizki pekerjaan atau usaha, dekatkan diri kepada Allah. Jadilah yang selalu ada di shaf pertama, sejak sebelum azan dikumandangkan. Jika saudara perempuan, yang karenanya ga bisa ke masjid barangkali, sebab ga ada muhrimnya, ga ada temennya, ga ada kawan untuk jalan ke masjid, maka jadilah selalu yang sudah siap untuk shalat lima waktu, sebelum azan dikumandangkan. Jangan sampai ketinggalan doa antara azan dan iqomat jika itu bisa dilakukan. Jangan sampe kehilangan satu pun shalat sunnah qobliyah ba’diyah. Jangan sampe ada pagi terlewat kecuali ada dhuha. Jangan sampe ada malam terlewat kecuali bangun malam, untuk shalat malam. Penuhi setiap ibadah dengan ibadah doa. Doaaaaaaaa terus. Berbisiiiiiiiiiik terus kepada Allah. Ngomoooooooong terus ke Allah. Atas apa-apa yang terjadi. Lapor terus. Sementara, jangan tunggu sempit, baru juga Saudara dan juga saya, bersedekah.
Allah bener-bener Tuhan Yang Penuh Dengan Harapan. Kepada-Nya semua dari kita berharap. Ada di antara Onliners yang berharap betul tahun ini bisa menikah. Tahun depan lalu sudah bisa menimang anak, dari rahimnya sendiri. Di antara onliners, ada yang bener-bener berharap, dia bisa hamil tahun ini, dan tahun depan sudah mendengar tangisan indah dari bayinya sendiri.
Ada Allah yang sanggup menyembuhkan total semua penyakit Saudara. Dan menunggu Saudara di Surga-Nya dalam keadaan Saudara menghadapnya sebagai manusia yang bener-bener sehat, tidak ketemu badan yang penyakitan. Jika Saudara bersabar, Allah mungkin tidak menyembuhkan Saudara. Tapi Allah mengampuni dosa Saudara, lalu Saudara diberikan hak untuk melihat Wajah-Nya. Sebab kesabaran Saudara, Saudara lalu dikumpulkan bersama para nabi.
Si sulung yang sempat Saudara kehilangan dia. Justru barangkali menjadi anak yang menjemput dengan senyumannya, saat Saudara nanti sakratul maut. Saudara kehilangan anak yang Saudara sayangi. Namun Saudara mengikhlaskannya. Lalu Allah menggantinya dengan 2 atau 3 anak yang lain. Saat Saudara sudah lupa, Allah malah menghadirkannya. Saat sakratul maut, malaikat kematian dengan izin Allah datang dengan seorang anak muda yang Saudara diizinkan memiliki rasa bahwa dia adalah sulungnya Saudara. Subhaanalllaah.
Saudara yang menanti hadirnya jodoh, Allah Yang Penuh Harapan, barangkali tidak mengizinkan Saudara menikah hingga akhir hayat Saudara. Saat di padang makhsyar, saat semua suami tidak bisa mengingat siapa istrinya, saat semua istri tidak bisa mengingat siapa suaminya, saat semua ayah ibu tidak bisa mengingat siapa anaknya, saat semua anak tidak bisa mengingat siapa ayah ibunya, Saudara malah dijemput Allah. Allah utus sahabat-sahabat Rasul untuk menjemput Saudara dan mempertemukan Saudara dengan manusia yang akan memberi syafaat di hari dijatuhkannya syafaat. Saudara sebab sabarnya Saudara akan segala ketemtuan Allah, lalu Allah menyandingkan Saudara dengan nabi paling sabar, yakni Nabi Muhammad shallaa ‘alaih. Subhaanallaah.
Dan saya dengan suara paling dalam mengatakan, tidak ada juga yang sabar, tawakkal, menerima semua nasib, kecuali kemudian Allah jawab juga permintaannya. Jodoh dihadirkannya dalam keadaan dia ga lalai dari Allah.
Sebagaimana mereka yang merasa akan kehilangan rumahnya, tokonya, usahanya, hancur perdagangannya, lalu mereka bertawakkal, menyerahkan ke Allah, biasanya keajaiban akan terjadi. Bisa jadi usahanya memang hancur. Yang dengannya hancur pula dosa-dosanya yang tumbuh membesar bersama usahanya. Tapi kemudian Allah ganti dengan usaha yang bersih yang tumbuh bersama doa dan ibadah-ibadahnya. Bisa jadi rumahnya kemudian disita. Tapi Allah kasih dulu penampuangan, dengan Cara-Cara-Nya. Bersama rumah yang diambil-Nya, diambil pula oleh-Nya dosa-dosanya. Setelah bersih, dan kemudian muncul doa-doa dan ibadah-ibadahnya, Allah berikan lagi kemudian rumah yang bersih untuknya. Bisa jadi rumah tangga seseorang Allah hancur leburkan. Allah pisahkan sepisah-pisahnya. Tapi Allah punya Kuasa untuk mengembalikan kembali keutuhan rumah tangganya. Allah pisahkan juga mereka dari dosa-dosa mereka. Seiring kemudian setelah bersih, Allah hadiahkan mereka rumah tangga yang tenang dan bahagia.
Manusia itu tempatnya dosa. Allah punya cara-cara untuk mengampuni seseorang, memaafkan. Manusia juga punya doa-doa. Allah punya jutaan cara juga dalam mengabulkan. Kadang perjalanan pencucian dan pengampunan dosa, menyakitkan. Tapi itu bukan bagi mereka yang ikhlas dan pasrah. Buat mereka ini, semakin berat beban, semakin menderita, mereka akan semakin menemukan Allah sebagai Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Subhaanallaah.
Mereka yang belajar, kuliah, punya harapan agar dimudahkan Allah belajarnya, kuliahnya. Maka mereka ini tidak salah. Apalagi jika kemudian dipenuhi hak-hak Allah. Mereka shalat tepat waktu, berjamaah. Mereka menyisihkan waktu untuk dhuha, tahajjud¸dan menyenangkan duduk agak lama di masjid, di sajadah, sebagaimana senangnya mereka duduk di bangku sekolah dan kuliah. Duduk di kelas bisa separuh hari. Tapi duduk bersama Allah, hanya beberapa menit yang tidak berkualitas. Ini kemudian mereka ubah, sebab mereka punya harapan sama Allah. Sungguh, Allah akan mewujudkannya. Tambah-tambah lagi manakala Allah melihat mereka yang sungguh-sungguh berharap ke Allahnya, lalu
bersungguh-sungguh pula menjaga dirinya dari segala maksiat dan dosa. Subhaanallaah. Tentu Allah akan mewujudkan segala harapannya dengan perwujudan yang indah. Bukan terjadi tapi malah jadi prahara.
Dan sebaik-baik harapan adalah dibukanya surga, ditutupnya neraka. Bisa berjumpa dengan Allah dan Rasul-Nya. Dalam keadaan Allah ridha, dan Rasul pun menyambut. Subhaanallaah. Maasyaa Allah. Didoakan, didoakan, didoakan. Dan doakan saya, doakan saya, doakan saya.
Sejenak mari kita heningkan diri.
Tutuplah dulu KuliahOnline ini, dan sempatkan doa dan mendoakan.
Kita sama-sama saling berdoa dan mendoakan.
Bener-bener lakukan ya.
Saya pun dengan izin Allah, melakukan. Dan menyenangi melakukan. Kadang di mobil, ketika berkendaraan, di motor ketika bermotor ria, di saat duduk menunggu jadwal qomat atau jadwal tausiyah, saya sempatkan berdoa dan mendoakan. Senang, sebab tidak ada doa yang tidak dikabul. Semua doa dikabul. Bahkan menjadi penukar bencana yang kita tidak ketahui, dan penarik kebaikan yang tidak kita minta.
Berdoa.... Dimulai....

Keunggulan Bersaing Melalui Manajemen Sumber Daya Manusia



Pada umumnya, perusahaan melakukan investasi pada peralatan modalnya untuk tetap bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan teknologi. Akan tetapi peralatan modal tersebut tidak dapat beroperasi secara efisien bila para operator tidak memiliki keahlian dan keterampilan dalam mengoperasikannya. Selain itu, perubahan teknologi yang sangat cepat menyebabkan mesin cepat usang. Hal ini menggambarkan pemikiran bahwa investasi dalam teknologi hanya memberikan keunggulan bersaing yang terbatas, karena “Machine don’t make things, people do” (Pfeffer,1994). Konsekuensi logis yang harus dihadapi untuk membuat organisasi mempunyai daya bersaing yang lebih berkelanjutan dan lebih sulit ditiru adalah investasi dalam sumber daya ekonomi yang paling berharga yaitu manusia.
Langkah pemerintah dalam hal ini dinilai sudah tepat. Pemerintah dengan mengambil prioritas pengembangan Sumber Daya Manusia telah menekankan pengeluaran investasi terutama dalam hal peningkatan kesehatan, pendidikan dan pelatihan kerja. Tujuan investasi dalam Sumber Daya Manusia tersebut adalah untuk peningkatan kapasitas produktif manusia. Karena secara logika tenaga kerja yang sehat, berpendidikan dan terampil memiliki produktivitas yang lebih besar, dan selanjutnya, peningkatan produktivitas berarti peningkatan returns.
Akan tetapi, dalam banyak praktek bisnis, isu-isu Sumber Daya Manusia masih cenderung diabaikan. Keunggulan bersaing biasanya dibahas dalam konteks perencanaan strategik yang menekankan pada analisis industri dan persaingan, kebutuhan pelanggan, atribut produk/jasa, dan kapabilitas manufakturing, dengan mengesampingkan isu-isu Sumber Daya Manusia. Karena pada dasarnya kontribusi Sumber Daya Manusia terhadap pengembangan keunggulan bersaing masih dipertanyakan. Agar tujuan sumber daya manusia memberikan kontribusi yang lebih besar bagi organisasi untuk  meraih  keunggulan bersaing tercapai, diperlukan  strategi yang  tepat  dalam perencanaan SDM secara terpadu. Kegiatan dari strategi SDM didasarkan kerja sama antar departemen  SDM  dengan  manajer  lini serta  keterlibatan  manajemen  puncak  dalam menjelaskan  visi  dan  misi  organisasi yang  dapat  dijabarkan  dalam  tujuan  bisnis  yang strategis. Bila Manajemen Sumber Daya Manusia bisa menciptakan keunggulan bersaing yang nyata, Manajemen Sumber daya Manusia harus diintegrasikan secara penuh dalam tahap-tahap baik penyusunan maupun pengaplikasian proses manajemen strategik.

Pengertian Keunggulan Bersaing
Keunggulan bersaing merupakan posisi unik yang dikembangkan perusahaan dalam menghadapi para pesaing dan mungkin perusahaan dapat mengungguli mereka secara konsisten. Menurut Coyne (1986), keunggulan bersaing mempunyai arti hanya bila “dirasakan” di pasar. Keunggulan tersebut akan berkelanjutan, hanya bila para pesaing tidak bisa dengan mudah menirunya (Barney, 1991). Artinya ada perbedaan mendasar yang memisahkan perusahaan dari pesaing. Apabila tidak demikian maka keunggulan bersaing tidak ada (Coyne, 1986). Secara ringkas, kondisi paling penting untuk mempertahankan keunggulan adalah bahwa para pesaing yang ada dan potensial tidak mampu atau tidak akan mengambil tindakan untuk meniru ataupun menyaingi perusahaan. Bila para pesaing dapat meniru dan menyaingi perusahaan, maka perusahaan tidak memiliki keunggulan bersaing. Barney (1991) mengemukakan empat kondisi yang harus dipenuhi sebelum suatu sumber daya dapat disebut sebagai sumber keunggulan bersaing berkelanjutan :
1.  Merupakan sumber daya organisasional yang sangat berharga, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk mengekploitasi kesempatan dan/atau menetralisir ancaman dari lingkungan perusahaan.
2. Relatif sulit untuk dikembangkan dan sehingga menjadi langka di lingkungan bersaing.
3. Sangat sulit untuk ditiru atau diimitasi
4. Tidak dapat dengan mudah digantikan secara signifikan.

Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) dan Keunggulan Bersaing Berkelanjutan
Semakin disadari bahwa dunia bisnis akan menjadi industri yang “digerakkan” oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak lagi hanya bergantung pada melimpahnya sumber daya alam dan upah buruh yang murah. Menghadapi kondisi seperti ini, organisasi yang ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya atau pertumbuhannya akan semakin tergantung pada cara pengelolaan SDM-nya. Manajemen mulai mencanangkan kembali slogan “Orang adalah aset paling penting.” Namun tantangan utama adalah mengarahkan organisasi untuk melakukan dua perubahan konseptual vital.
Pertama, Perusahaan seharusnya tidak hanya percaya bahwa orang merupakan aset paling penting, tetapi juga menerjemahkan keyakinan ini ke dalam praktek-praktek dan prosedur-prosedur MSDM sehari-hari. Perusahaan perlu mempunyai filosofi “people first” dan “customer second”.
Kedua, Perusahaan yang saat ini menganggap biaya-biaya personalia, seperti misal pelatihan, sebagai pengeluaran-pengeluaran overhead, harus mulai memperlakukannya sebagai investasi.
Dasar pemikiran makin pentingnya SDM, dan bagaimana mereka dikelola, sebagai keunggulan bersaing adalah bahwa, banyak sumber sukses bersaing tradisional-seperti teknologi produk dan proses, proteksi pasar, akses ke sumber daya finansial dan skala ekonomi, meskipun memberikan peningkatan kemampuan bersaing, menjadi kurang memiliki kekuatan (Pfeffer,1984). Sebagai ilustrasi, kita bahas masalah yang terkait dengan upaya penciptaan keunggulan bersaing melalui investasi dalam teknologi proses.
Ilustrasi: Investasi dalam teknologi proses canggih bukan merupakan peran pengganti untuk keterampilan dan pengelolaan SDM krusial untuk mencapai sukses. Ini karena keterampilan lebih tinggi dibutuhkan untuk mengoperasikan, merawat dan memperbaiki peralatan yang lebih canggih.
Sejalan dengan makin kurang pentingnya sumber keunggulan bersaing tradisional, faktor pembeda yang tetap krusial, dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, adalah organisasi, SDM, dan bagaimana mereka dikelola. Semakin disadari bahwa sumber keunggulan bersaing yang paling sulit ditiru dan lebih bisa mendukung adalah melalui kegiatan-kegiatan dan praktik-praktik MSDM, karena sukses yang datang dari MSDM tidak terlihat kasat mata. Sebagai contoh, sistem informasi yang terkomputerisasi sebagai suatu sumber keunggulan bersaing akan lebih mudah dilihat dan ditiru para pesaing dibanding, misal, budaya dan praktek-praktek MSDM perusahaan. Pengembangan keunggulan bersaing melalui praktek-praktek MSDM dapat dilakukan dengan pemahaman Stratetic target dan strategic thrusts (Schuler & Macmillan,1984). Empat sasaran strategik pengembangan SDM mencakup perusahaan itu sendiri, pelanggan, penyalur dan pemasok. Pencapaian sasaran-sasaran MSDM ini tentu saja memerlukan perubahan cara-cara pengelolaan SDM dan lingkungan kerja. Sedangkan dua Startegic thrusts, atau cara memenangkan persaingan, melalui praktek-praktek MSDM adalah efisiensi biaya dan diferensiasi.
Sejalan dengan pergeseran fokus ke MSDM, manajemen organisasi dituntut untuk mengubah secara fundamental cara kita memandang SDM dan hubungan kerja. Ini berarti bahwa upaya pencapaian sukses diwujudkan dengan memandang SDM sebagai suatu keunggulan strategik, bukan hanya sebagai sumber biaya yang harus diminimumkan atau dihindari. Lebih lanjut, perusahaan perlu mengembangkan praktek-praktek yang menjamin perolehan pendapatan dari investasi dalam SDMnya. Manajemen yang memahami keterkaitan antara praktik-praktik MSDM dan keunggulan bersaing akan mengembangkan program-program pengembangan dan pelatihan keterampilan, peningkatan komitmen kerja, dan penciptaan iklim kerja yang kondusif untuk memuaskan berbagai kebutuhan karyawan. Pengembangan sistem kerja alternatif, sistem imbalan berdasarkan kinerja dan sistem penilaian kinerja adalah beberapa contoh aspek signifikan dalam MSDM di masa mendatang.
Selanjutnya, sebagai partisipan penting dalam pengambilan keputusan strategik, manajer SDM dituntut untuk dapat mengartikulasikan berbagai alasan mengapa organisasi harus mengalokasikan lebih banyak sumber dayanya untuk investasi dalam personalia. Tugas ini memerlukan ketajaman pemikiran dalam merumuskan perencanaan dan pengembangan SDM. Karena mengilustrasikan peranan vital SDM tidak cukup dengan bagan-bagan yang menunjukkan data statistik, manajer SDM harus mengembangkam cara-cara yang kreatif dan inovatif untuk menyakinkan para manajer lain.
Apa Tantangan-Tantangan yang dihadapi MSDM
Manajemen organisasi menghadapi paling tidak lima hambatan atau tantangan dalam pengelolaan SDM (Pfeffer,1994 & Skinner,1981). Berbagai tantangan ini menjadi halangan-penghalang terhadap upaya untuk meningkatkan kontribusi MSDM dalam pengembangan keunggulan bersaing berkelanjutan.
Pertama, menyangkut asumsi-asumsi keliru tentang SDM yang dipegang oleh manajemen. Empat asumsi keliru tersebut antara lain :
· Dengan manajer-manajer yang “baik”, MSDM jalan dengan sendirinya;
· Sumber Daya Manusia adalah tidak begitu penting;
· Pengendalian adalah segalanya
· Setiap masalah mempunyai suatu solusi.
Kedua, banyak masalah MSDM kritis di tingkat korporat yang belum terpecahkan. Berbagai masalah tersebut antara lain berkaitan dengan peran MSDM dalam pengambilan keputusan strategik, dan kurangnya pengetahuan MSDM dikalangan para manajer puncak. Ini semua dipengaruhi oleh struktur, ukuran, keanekaragaman dan alokasi wewenang organisasional.
Ketiga, menyangkut pencapaian komitmen karyawan. Penciptaan komitmen ratusan atau ribuan individu dalam suatu perusahaan, agar mereka bersedia bekerja keras untuk mencapai tujuan organisasi, adalah sangat sulit. Tujuan perusahaan biasanya bersifat jangka panjang dan bersifat umum, seperti pertumbuhan atau keuntungan. Padahal, para karyawan memfokuskan pada horison waktu jangka pendek untuk memenuhi berbagai kebutuhan mereka (misal, gaji, kondisi kerja, promosi dan perlakuan adil). Penciptaan hubungan antara rangkaian tujuan-tujuan tersebut tidak mudah.
Keempat, Bersumber pada kenyataan bahwa banyak konsep atau teori dibidang MSDM yang tidak hanya berbeda, tetapi sering bertentangan. Sebagai contoh ilustrasi paling tidak ada empat disiplin yang berbeda-human relation, labor relation, personnel administrations, dan industrial engineering-yang sering digunakan sebagai dasar kebijakan dan praktek MSDM. Masing-masing disiplin tersebut memberikan pesan yang berbeda dalam upaya peningkatan kinerja SDM. Manajemen organisasi sering tidak tahu bagaimana meramu unsur-unsur tersebut menjadi suatu sistem MSDM perusahaan yang efektif.
Kelima, mungkin tantangan terpenting dalam lima sampai sepuluh tahun mendatang, adalah fleksibilitas. Fleksibilitas untuk melakukan adaptasi dan penyesuaian terhadap lingkungan yang berubah secara cepat dan semakin bergejolak, fleksibilitas untuk mencoba berbagai konsep SDM baru dan fleksibilitas untuk menerima dan mengimplementasikan perubahan-perubahan mendasar. Fleksibilitas untuk berubah ini harus dipunyai bukan karena kita ingin memilikinya, tetapi karena kita harus melakukannya, sebagai adaptasi terhadap berbagai perubahan lingkungan, seperti perubahan pelanggan, perubahan sumber dan komposisi personalia, perubahan teknologi, dan perubahan sosial budaya. Dilema kita adalah personalia organisasi, bahkan staf profesional SDM, sering menunjukkan penolakan terhadap perubahan, membuat orgnisasi tidak fleksibel ketika kita harus mengubah cara kerja.
Startegi Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Untuk mengembangkan SDM, manajemen organisasi harus melakukan berbagai perubahan fundamental terhadap kebijakan-kebijakan dan praktek-praktek konvensional. Skinner (1981) menyarankan tiga perubahan (yang sangat relevan bagi organisasi-organisasi di Indonesia) :
· Manajemen perlu mengubah pola pikir atau cara pandangan terhadap MSDM, menyingkirkan asumsi-asumsi yang keliru di benak mereka:
· Manajemen dapat mulai untuk meningkatkan kinerja SDM dengan melakukan kegiatan-kegiatan MSDM “dasar” secara lebih baik (doing the basics better)
· Manajemen perlu menetapkan horison waktu tujuh tahun untuk perencanaan dan operasi SDM;
Dengan mempunyai horison jangka waktu jangka panjang, manajemen mengembangkan filosofi, menetapkan sasaran dan merumuskan strategi untuk mencapai sasaran tersebut; dan Manajemen perlu membuat suatu program jangka panjang untuk mengembangkan manajer-manajer umum dengan berbagai keterampilan dan pengalaman MSDM. Akhirnya, bila kita benar-benar percaya bahwa lingkungan bisnis selalu berubah secara dramatis dan kekuatan-kekuatan yang mendasari perubahan-perubahan tersebut sebagian besar diluar kendali kita, sudah waktunya bagi manajemen untuk mengubah sikap lama yang kaku. Manajemen perlu fleksibel untuk menerima gagasan-gagasan baru, meskipun mungkin saat ini kurang “pas”.
Atau menciptakan  keunggulan  bersaing  dengan empat pendekatan dari Ulrich, yakni:
1.   Strategic Partner menjadi mitra manajer senior dan manajer lini dalam melaksanakan strategi  yang  telah direncanakan, menerjemahkan  strategi bisnis ke dalam  tindakan nyata  dengan  diagnosis  organisasi,  yakni sistem  penilaian  dan pengabungan praktek organisasi dengan tujuan bisnis yang dapat dibentuk pada setiap level organisasi.
2.   Administrasi  Expert,  menjadi  ahli  dalam  mengatur  pelaksanaan pekerjaan  serta efisiensi  administrasi  agar  dihasilkan  output dengan biaya  rendah  namun  kualitas terjamin.  Upaya  ini  dapat dilakukan  dengan  rekayasa  ulang, termasuk  merekayasa kembali  bidang  SDM.  Menjadi  pakar  administrasi  perlu menguasai dua fase rekayasa kembali. Pertama, proses perbaikan, memfokuskan pada indentifikasi  proses-proses  yang  tidak  efektif  dan  merencanakan metode  alternatif untuk  meningkatkan  kualitas  pelayanan.  Kedua,   memikirkan  penciptaan  ulang yang prosesnya dimulai pelanggan. Sehingga dapat mengubah  fokus  kerja  dari apa  yang  dapat  dilakukan  menjadi  apa  yang  harus dihasilkan.
3.   Employee  Champion,  menjadi  penengah  antara  karyawan  dan manajemen  untuk memenuhi kepentingan dua belah pihak. Dengan persaingan bisnis yang semakin kuat menyebabkan  tuntutan manajemen terhadap  karyawan  semakin  tinggi. Oleh  karena manajer  lini  harus memperhatikan  keadaan  karyawan  yang  berkaitan  dengan: Pertama, kurangi tuntutan dengan cara mengurangi beban kerja  dan menyeimbangkan dengan sumber  daya  yang  dimiliki  oleh  karyawan. Kedua, tingkatan  sumber  daya  dengan  membantu  karyawan mendefenisikan  sumber  daya baru  (dalam  dari  karyawan)  sehingga mereka  dapat  menyesuaikan  diri  dengan kebutuhan  organisasi. Ketiga, mengubah  tuntutan  menjadi  sumber  daya  dengan  cara membantu karyawan mempelajari transformasi demand ke dalam sumber daya.
4.   Change Agent, menjadi agent perubahan, mempertajam proses dan budaya yang dapat meningkatkan kapasitas organisasi untuk berubah. Terdapat tiga tipe perubahan yaitu: 
pertama,  perubahan  inisiatif, memfokuskan  pada penerapan  program,  proyek  tau prosedur  baru. 
Kedua, perubahan proses  dalam  organisasi  dengan  memfokuskan kepada  cara  bagaimana melakukan  kerja  sama  optimal. 
Ketiga,  perubahan  budaya akan terjadi jika strategi dasar organisasi bisnis dikonseptualkan kembali.
Keempat  hal  tersebut merupakan  peran  baru  dari  Departemen MSDM   yang akan  dapat meraih  keunggulan  bersaing  dengan  kerja  sama  dengan manajer  lini    dan manajer puncak. Keunggulan bersaing akan dicapai dengan  tiga strategi yaitu  :  inovasi, peningkatan  kualitas serta  penurunan  biaya.