BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam menentukan nilai saham, investor
perlu memperhatikan dividen dan earning
yang diharapkan dari perusahaan di masa yang akan datang. Besarnya dividen dan earning yang diharapkan dari suatu
perusahaan akan tergantung dari prospek keuntungan yang dimiliki perusahaan.
Karena prospek perusahaan sangat tergantung dari keadaan ekonomi secara
keseluruhan, maka analisis penilaian saham yang dilakukan investor juga harus memperhitungkan
beberapa variabel ekonomi makro yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba. Untuk itu diperlukan strategi yang dapat dibedakan dalam dua
sifat yaitu strategi aktif dan strategi pasif. Strategi pasif adalah suatu
strategi yang menempatkan seorang investor tidak membuat pendapat atau analisis
tentang surat-surat berharga. Investor hanya mencoba mengikuti arus pasar atau
dengan kata lain menunggu gelombang pasar. Sedangkan strategi aktif adalah
suatu strategi yang menempatkan seorang investor membuat analisis secara aktif
suatu kelompok surat-surat berharga. Oleh karena itu, strategi aktif bisa
dilakukan secara terus menerus.
Pelaksanaan strategi aktif dapat dilakukan dengan mengkombinasikan
beberapa analisa yaitu analisa pasar dan analisa fundamental yang terdiri atas
analisa ekonomi makro, analisa industri dan analisa perusahaan. Namun dalam
makalah ini kami membatasi hanya membahas mengenai Analisis Ekonomi Makro.
1.2
Permasalahan
Permasalahan yang diangkat dalam makalah ini, antara
lain:
1.
Apa yang dimaksud
dengan analisis ekonomi?
2.
Apa tujuan
dilakukan analisis ekonomi bagi para investor?
3.
Apa saja variabel
dari ekonomi makro?
4.
Bagaimana cara
mengetahui perubahan pada pasar modal?
1.3
Tujuan
Tujuan dari
pembuatan makalah ini, antara lain:
1.
Untuk mengetahui
maksud dari Analisis Ekonomi
2.
Untuk mengetahui
tujuan dilakukannya analisis ekonomi bagi para investor
3.
Untuk mengetahun
variabel-variabel dari ekonomi makro
4.
Untuk mengetahui
metode yang dapat digunakan melihat perubahan pada pasar modal
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Kondisi Ekonomi dan Pasal Modal
Menurut Wikipedia, pengertian analisis
ekonomi merupakan salah satu analisis yang digunakan pada model teknik
fundamental. Analisis ini cenderung digunakan untuk mengetahui keadaan-keadaan
yang bersifat makro dari suatu keadaan ekonomi. Analisis ekonomi adalah salah
satu dari tiga analisis yang perlu dilakukan investor dalam penentuan keputusan
investasinya. Analisis ekonomi perlu dilakukan karena kecenderungan adanya
hubungan yang kuat antara apa yang terjadi pada lingkungan ekonomi makro dan
kinerja suatu pasar modal. Pasar modal mencerminkan apa yang terjadi pada
perekonomian makro karena nilai investasi ditentukan oleh aliran kas yang diharapkan
serta tingkat return yang
diisyaratkan atas investasi tersebut dan kedua faktor tersebut sangat
dipengaruhi oleh perubahan lingkungan ekonomi makro. Dengan demikian, jika kita
ingin mengestimasi aliran kas, bunga ataupun premi risiko dari suatu sekuritas,
maka kita harus mempertimbangkan analisis ekonomi makro.
Fluktuasi yang terjadi di pasar modal akan
terkait dengan perubahan yang terjadi pada berbagai variabel ekonomi makro.
Harga obligasi akan sangat tergantung dari tingkat bunga yang berlaku dan
tingkat bunga ini akan dipengaruhi oleh perubahan ekonomi makro ataupun
kebijakan ekonomi makro yang ditentukan pemerintah. Sedangkan disisi lainnya,
harga saham merupakan cerminan dari ekspetasi investor terhadap faktor-faktor earning, aliran kas, dan tingkat return yang diisyaratkan oleh investor,
yang mana ketiga faktor tersebut juga sangat dipengaruhi oleh kinerja ekonomi
makro.
Siegel (1991) dalam
Tandelilin (2001: 211) menyimpulkan adanya hubungan yang kuat antara harga
saham dan kinerja ekonomi makro dan menemukan bahwa perubahan pada harga saham
selalu terjadi sebelum terjadinya perubahan ekonomi. Ada dua alasan yang
mendasarinya,
1) harga saham yang terbentuk merupakan cerminan
ekspetasi investor terhadap earning, dividen, maupun tingkat bunga yang akan
terjadi. Hasil estimasi investor terhadap ketiga variabel tersebut akan
menentukan berapa harga saham yang sesuai. Dengan demikian, harga saham yang
sudah terbentuk itu akan merefleksikan ekspetasi investor atas kondisi ekonomi
di masa datang, bukannya kondisi ekonomi saat ini;
2) kinerja pasar modal akan bereaksi terhadap
perubahan-perubahan ekonomi makro seperti perubahan tingkat bunga, inflasi
ataupun jumlah uang beredar. Ketika investor menentukan harga saham yang tepat
sebagai refleksi perubahan variabel ekonomi makro yang akan terjadi, maka masuk
akal jika dikatakan harga saham terjadi sebelum perubahan ekonomi makro
benar-benar terjadi.
2.2 Variabel Ekonomi Makro
Lingkungan
ekonomi makro adalah lingkungan yang mempengaruhi operasi perusahaan sehari-hari.
Kemampuan investor dalam memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro di masa
datang, akan sangat berguna dalam pembuatan keputusan investasi yang
menguntungkan. Untuk itu, seorang investor harus memperhatikan beberapa
indikator ekonomi makro yang bisa membantu mereka dalam memahami dan meramalkan
kondisi ekonomi makro. Berikut beberapa variabel makro yang perlu diperhatikan
investor.
1)
Produk
Domestik Bruto
PDB adalah
ukuran produksi barang dan jasa total suatu negara. Pertumbuhan PDB yang cepat
mengindikasikan terjadinya pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi
membaik, maka daya beli masyarakat pun akan meningkat, dan ini merupakan
kesempatan bagi perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan penjualannya. Dengan
meningkatnya penjualan perusahaan, maka kesempatan perusahaan memperoleh
keuntungan juga akan semakin meningkat.
2)
Tingkat
Pengangguran
Tingkat
pengangguran ditunjukkan oleh persentase dari total jumlah tenaga kerja yang
masih belum bekerja (meliputi pula pengangguran tak kentara maupun pengangguran
kentara). Tingkat pengangguran ini mencerminkan sejauhmana kapasitas operasi
ekonomi suatu negara bisa dijalankan. Semakin besar tingkat pengangguran di
suatu negara, berarti semakin besar kapasitas operasi ekonomi yang belum dimanfaatkan
secara penuh. Jika hal ini terjadi maka tenaga kerja sebagai salah satu faktor
produksi utama tidak termanfaatkan secara penuh
3)
Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan terjadinya
peningkatan harga produk-produk secara keseluruhan. Tingkat inflasi yang tinggi
biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated).
Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi
kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami
kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli
uang (purchasing power of money). Di samping itu, inflasi yang tinggi juga bisa
mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya.
Sebaliknya jika tingkat inflasi suatu negara mengalami penurunan, maka hal ini
akan merupakan sinyal yang positif bagi investor sering dengan turunnya risiko
daya beli uang dan risiko penurunan pendapatan riil
Inflasi di
indonesia memilki karakteristik tertentu, yaitu disebabkan kenaikan harga
beberapa barang tertentu. Beberapa barang yang kenaikannya sangat berpengaruh
pada inflasi, yaitu :
a) Harga beras
Beras merupakan makanan pokok
masyarakat indonesia, karena dikonsumsi oleh mayoritas masyarakat, maka
kenaikan sedikit saja pada barang ini akan memacu laju inflasi. Meskipun harga
di tentukan oleh pemerintah namun tetap saja terjadi gejolak harga di lapangan.
b) Harga Bahan
Bakar Minyak (BBM)
c) Tarif
listrik,
Listrik di indonesia sebagian besar
pembangkitnya menggunakan BBM, maka perubahan harga BBM langsung berpengaruh
pada kenaikan tarif listrik.
d) Kenaikan
gaji pegawai negeri
Ketika ekonomi indonesia masih
kecil dan penggerak utamanya adalah pegawai negeri termasuk BUMN sehingga
setiap kali terjadi kenaikan gaji pegawai negeri, selalu memicu kenaikan harga
harga mayoritas barang di pasar.
e) Melemahnya
nilai tukar rupiah pada dolar AS.
Pengaruh nilai tukar mata uang
rupiah terhadap suku bunga makin sering dan kuat sejak terjadi krisis moneter,
sebab melemahnya rupiah yang sebelum krisis biasanya bisa di tanggulangi dengan
devaluasi, namun kini tidak cukup lagi. untuk mencegah pelemahan rupiah lebih
lanjut, biasanya pemerintah menaikan suku bunga . Jadi sebenarnya nilai tukar
rupiah tidak ada hubungannya dengan inflasi, tetapi langsung berpengaruh pada
suku bunga.
4)
Tingkat
Bunga
Tingkat bunga yang terlalu tinggi akan
mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran kas perusahaan, sehingga
kesempatan-kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi. Tingkat bunga
yang tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang harus ditanggung
perusahaan. Di samping itu tingkat bunga yang tinggi juga akan menyebabkan
return yang diisyaratkan investor dari suatu investasi akan meningkat.
Faktor-faktor
ekonomi makro secara empiris telah terbukti mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan investasi di beberapa negara. Tandelilin (1998) merangkum beberapa
faktor ekonomi makro yang berpengaruh terhadap investasi di suatu negara
sebagai tingkat pertumbuhan PDB, laju pertumbuhan inflasi, tingkat suku bunga
dan nilai tukar mata uang (exchange rate).
INDIKATOR
EKONOMI
|
PENGARUH
|
PENJELASAN
|
PDB
|
Meningkatnya PDB merupakan sinyal baik (positif) untuk
investasi dan sebaliknya
|
Meningkatkan PDB mempunyai pengaruh positif terhadap daya
beli konsumen shingga dapat meningkatkan permintaan terhadap produk
perusahaan
|
Inflasi
|
Peningkatan inflasi secara relatif merupakan sinyal
negatif bagi pemodal di pasar modal
|
Inflasi meningktakna pendapatan dan biaya perusahaan. Jika
peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat
dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan menurun.
|
Tingkat Bunga
|
Tingkat bunga yang tinggi merupakan sinyal negatif
terhadap harga saham
|
Tingkat suku bunga yang meningkat akan menyebabkan
peningkatan suku bunga yang diisyaratkan atas investasi pada suatu saham. Di
samping itu tingkat suku bunga yang meningkat bisa juga menyebabkan investor
menarik investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi berupa
tabungan ataupun deposito
|
Kurs Rupiah
|
Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing merupakan
sinyal positif bagi perekonomian yang mengalami inflasi
|
Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing akan
menurunkan biaya impor bahanbaku untuk produksi dan akan menurunkan tingkat
suku bunga yang berlaku.
|
Anggarann defisit
|
Anggaran defisit merupakan sinyal positif bagi ekonomi
yang sedang mengalami resesi, tetapi merupakan sinyal negatif bagi ekonomi
yang mengalami inflasi
|
Anggaran defisit akan mendorong konsumsi dan investasi
pemerintaj, sehingga dapat meningkatkan permintaan terhadap produk
perusahaan. Akan tetapi, justru akan meningkatkan jumlah uang beredar dan
akibatnya akan mendorong inflasi
|
Investasi Swasta
|
Meningkatnya investasi swasta adalah sinyal positif bagi
pemodal
|
Meningkatnya investasi swasta akan meningkatkan PDB
sehingga dapat meningkatkan pendapatan konsumen
|
Neraca Perdagangan dan Pembayaran
|
Defisit neraca perdagangan dan pembayaran merupakan sinyal
negatif bagi pemodal
|
Defisit neraca perdanagan dan pembayaran harus dibiayai
dengan menarik modal asing. Untuk melakukan hal ini, suku bunga harus dinaikkan.
|
2.3 Meramal Perubahan Pasal Modal
Investor berkepentingan untuk melakukan
peramalan terhadap perubahan yang akan terjadi di pasar modal. Untuk
menghasilkan keputusan investasi yang tepat dan menguntungkan, belumlah cukup
bagi investor jika hanya sekedar mengetahui apa yang sedang terjadi di pasar
modal saat ini dan mengapa hal itu bisa terjadi. Investor juga perlu tahu apa
yang akan terjadi pada pasar modal di masa yang akan datang. Untuk itulah
investor perlu melakukan peramalan terhadap perubahan pasar modal, dan dalam
melakukan proses peramalan tersebut investor perlu menganalisis perubahan
ekonomi makro yang sedang dan akan terjadi.
Dalam
melakukan peramalan perubahan pasar modal adalah bahwa sulit bagi kita untuk
selalu berhasil dalam meramal perubahan pasar modal secara konsisten. Ada dua
alasannya yakni (1) adanya konsep pasar modal yang efisien berarti bahwa tidak
mungkin bagi kita untuk meramalkan perubahan pasar modal dan mengambil
keuntungan dari perubahan tersebut. Artinya jika pasar efisien berarti mustahil
bagi investor untuk meramal perubahan pasar dan mencari keuntungan abnormal
dari perubahan tersebut; dan (2) peramalan perubahan pasar modal yang akan
terjadi di masa datang biasanya didasari atas data-data perubahan masa lalu
yang tersedia. Secara implisit, tindakan ini mengandung kelemahan karena kita
meramalkan masa depan dengan data masa lalu, sehingga hasilnya tidak akan
selalu tepat dengan perubahan yang akan terjadi. Untuk meramalkan perubahan
pasar modal, ada dua hal yang dapat dijadikan dasar peramlan, yaitu penggunaan
data-data perubahan siklis ekonomi dan pengunaan data-data perubahan beberapa
variabel ekonomi makro.
2.3.1 Perubahan Siklis Ekonomi
Perubahan harga saham akan merefleksikan
perubahan siklis ekonomi yang akan terjadi. Meskipun demikian, tetap akan sulit
bagi investor untuk menentukan kapan dia harus bereaksi terhadap kemungkinan
perubahan pasar yang akan terjadi. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan
adlah menyadari sepenuhnya bahwa meramalkan perubahan dengan tepat adalah
pekerjaan yang mustahil dan investor harus mencoba belajar dari pola
perubahan-perubahan yang pernah terjadi sebagai salah satu dasar penentuan
keputusan membeli atau menjual saham sesuai dengan harapan tentang perubahan
siklis ekonomi yang akan terjadi.
Ketika ekonomi memasuki siklis yang
cenderung menurun menuju titik terendah (resesi), maka harga saham biasanya akan
turun. Semakin kuat resesi, semakin drastis penurunan harga saham. Pada situasi
demikian, investor harus melakukan peramalan tentang kapan saatnya siklis
ekonomi menemui titik baliknya dan mulai memasuki siklis yang membaik. Jika
siklis ekonomi diramalkan membaik, maka harga saham menjelang titik balik
siklis ekonomi (sebelum mencapai titik terendah) akan membaik mendahului
membaiknya siklis ekonomi.
Jika siklis ekonomi terus mendekati titik
puncak, maka kecenderungan harga saham cenderung stabil sehingga return saham
yang abnormal sulit dicapai investor. Dalam hal ini investor harus bisa
meramalkan kapan siklis ekonomi akan mencapai titik baliknya (baik titik puncak
maupun titik terendah), sehingga investor bisa membuat keputusan tentang harga
saham yang tepat, serta tindakan apa yang sebaiknya dilakukan investor tentang
saham tersebut.
2.3.2 Perubahan
Variabel-Variabel Ekonomi Makro
Pengamatan
terhadap perubahan beberapa variabel/indikator ekonomi makro seperti PDB,
inflasi, tingkat bunga maupun nilai tukar mata uang, dipercaya bisa membantu
investor dalam meramalkan apa yang akan terjadi pada perubahan pasar modal.
Misalnya, variabel tingkat bunga bisa dipakai dalam meramalkan harga saham atau
obligasi yang akan terjadi. Jika investor meramalkan tingkat suku bunga akan
meningkat, maka tentunya investor akan bisa memperkirakan bahwa harga obligasi
maupun harga saham akan cenderung menurun. Kemampuan untuk meramalkan perubahan
variabel-variabel ekonomi makro tentunya akan sangat membantu investor dalam
membuat keputusan investasi yang tepat dan menguntungkan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bagi investor
pasar modal, memilih sekian banyak saham yang tercatat dibursa efek bukanlah
suatu hal yang mudah. Diperlukan analisis yang cukup mendalam agar investor
dapat meminimalisasikan resiko yang dihadapi pada waktu memutuskan untuk
membeli, menjual atau menahan efek yang tercatat tersebut.
Analisis
ekonomi perlu dilakukan karena kecenderungan adanya hubungan yang kuat antara
apa yang terjadi pada lingkungan ekonomi makro dan kinerja suatu pasar modal.
Pasar modal mencerminkan apa yang terjadi pada perkonomian makro karena nilai
investasi ditentukan oleh aliran kas yang diharapkan serta tingkat return yang
disyaratkan atas investasi tersebut. Fluktuasi yang terjadi di pasar modal akan
terkait dengan perubahan yang terjadi pada berbagai variabel ekonomi makro.
No comments:
Post a Comment