PENDAHULUAN
Siklus ekonomi/bisnis adalah suatu fenomena yang telah
diketahui dengan sangat baik, dari siklus bisnis dan pereknomian dapat
dianalisa interrelasi dan perilaku antara pasar-pasar keuangan pada situasi
perekonomian yang berbeda-beda. Secara umum, kondisi resesi perlahan-lahan akan
diikuti dengan ekspansi ekonomi seiring dengan upaya-upaya pemerintah untuk bangkit
dari kondisi resesi dan mempertahankan kearah pertumbuhan ekonominya, demikian
selanjutnya ekpsansi ekonomi dikuti dengan kondisi resesi. Siklus bisnis
tersebut berdampak berbeda beda terhadap pasar keuangan, sehingga untuk
kemudahan analisa antar-pasar dapat dibagi paling tidak ada enam titik balik
atau stage perkembangan pasar disesuaikan dengan siklus bisnis/ekonomi yang
terjadi.
Stage I: Awal Resesi
Stage pertama adalah Awal Resesi, pada umumnya stage ini ditandai dengan mulai
melemahnya aktivitas ekonomi suatu Negara atau global, kecenderungan tekanan
inflasi tinggi harus diantisipasi dengan penurunan tingkat suku bunga. Pada saat
kondisi ini, kecenderungan pasar yang Bullish adalah Pasar Uang (terutama
instrumen kas), dan Pasar Obligasi, sedangkan pasar yang cenderung Bearish
adalah Pasar Saham dan Pasar Komoditas. Alokasi asset lebih difokuskan pada
alokasi instrument kas secara substantial dengan jangka waktu yang
pendek-pendek. Stage ini juga merupakan waktu yang cukup tepat untuk mulai
membeli/mengakumulasi Obligasi-Obligasi kualitas tinggi, terutama yang memiliki
rating “Investment Grade” dan mengurangi/menjual Obligasi-Obligasi dengan kualitas rendah,
yang pada stage ini menjadi berisiko tinggi. Secara umum untuk alokasi saham
mulai dikurangi, dan masih berinvestasi pada saham sektoral yang depensif, dan
saham sektoral yang sensitif terhadap suku bunga seperti saham perbankan (untuk
antisipasi penurunan suku bunga).
Stage II: Resesi
Sebagaimana dialami oleh Amerika Serikat dan
Negara-negara lain didunia saat ini sedang memasuki Stage Resesi. Pada stage
Resesi ditandai dengan penurunan tajam suku bunga untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi, tekanan inflasi mulai mereda atau mulai hilang, pasar saham sudah
mencapai titik terendahnya dan sedang memasuki periode peningkatan yang cukup
substantial (bull phase). Karena kondisi rendahnya tingkat suku bunga dan mulai
bullish-nya pasar saham maka untuk strategi asset alokasi dinamis, merupakan
waktu yang tepat untuk merotasi portfolio investasi dari instrumen-instrumen
kas ke pasar saham. Sementara itu untuk Obligasi, pada stage ini masih
melanjutkan periode kenaikan (bull phase) meskipun potensi keuntungan dengan
memegang obligasi cenderung menurun secara progresif. Pada saat kondisi ini
mungkin tepat juga untuk sedikit menambah eksposur obligasi yang lebih berisiko
seperti corporate bond dalam portofolio. Secara umum Bullish: Obligasi dan
Saham; Bearish: Komoditas.
Stage III: Akhir dari Resesi,
awal Pertumbuhan
Pada stage ini kecenderungan pasar yang Bullish adalah
Obligasi, Saham, dan Komoditas. Untuk alokasi asset, mengurangi instrument kas
dan dapat dikurangi hingga batas minimum dalam portofolio karena turunnya suku
bunga jangka pendek, hampir semua pasar modal maupun pasar komoditas mengalami
kenaikan, harga-harga komoditas mulai bergerak naik. Obligasi mulai memasuki
fase akhir dan harga Obligasi berkualitas rendah juga masih relatif menarik,
dan merupakan waktu yang tepat untuk mulai mengurangi porsi obligasi dalam
portofolio. Pada stage ini yang sangat bagus adalah Pasar Saham dengan
overweight pada saham sektor energi dan pertambangan, bahkan saham dengan beta
tinggi sekalipun merupakan investasi yang bagus. Komoditas menjadi sangat menarik, karena
naiknya produksi seiring meningkatnya
pertumbuhan ekonomi akan mendorong meningkatnya permintaan terhadap bahan-bahan
mentah (raw material) . disamping itu investasi pada emas, dan perak akan
memungkin investor untuk memagari potensi tekanan inflasi yang timbul
diakibatkan karena efek pertumbuhan tinggi.
Stage IV: Pertumbuhan
Pada stage ini kecenderungan pasar yang Bullish adalah
Saham, Komoditas, dan pasar yang Bearish adalah Obligasi. Suku bunga sudah
mencapai level terendahnya dan harga-harga obligasi dan pasar uang mencapai
puncaknya. Obligasi mulai memasuki fase penurunan, karena investor mulia
melakukan aksi ambil untung dan mengurangi porsi dalam portofolionya. Adapun
saham-saham yang sensitif terhadap suku bunga mengalami kenaikan puncaknya pada
saat awal stage ini. Seperti saham perbankan, saham automotif, Semen dan
Properti. Pada kondisi ini akan lebih baik investasi saham di rotasi ke
saham-saham yang memiliki fundamental bagus seperti saham-saham yang memiliki
valuasi atraktif.
Stage V: Akhir dari Pertumbuhan
Pada stage ini biasanya Bullish untuk Komoditas, dan
Bearish untuk Obligasi dan Saham.
Perekonomian mencapai titik puncaknya yang mulai mendorong naiknya
tingkat suku bunga dan meningkatnya tekanan inflasi. Untuk asset alokasi
sebaiknya mulai menjual Obligasi dan Saham dan seluruh proceed dari penjualan
obligasi dan saham tersebut digunakan untuk membeli instrument-instrumen fixed
income jangka pendek. Investasi pada obligasi menjadi kurang menarik dan harus
dikurangi, dan obligasi yang dimiliki harus yang memiliki kualitas tinggi untuk
meminimisasi potensi default. Pada stage ini sebaiknya kita mulai identifikasi
langkah-langkah untuk mengurangi alokasi pada saham. Namun demikian tidak semua
saham berada di level puncaknya, karena beberapa saham yang memiliki earnings
bagus dan saham-saham yang sensitif terhadap inflasi masih berada dibawah titik
puncaknya. Komodoitas menjadi satu-satunya pasar yang masih dalam bull fase yang
sangat memungkinankan untuk memproteksi inflasi, terutama komoditas baha baku,
logam (emas), perak, nikel, batubara dll
Stage VI: Penurunan Pertumbuhan
dan awal Resesi
Stage penurunan pertumbuhan dan awal dari resesi biasanya
ditandai oleh Bearish-nya Obligasi, Saham dan Komoditas. Pada stage ini semua
pasar mengalami penurunan dan cash is the king. Investasi yang likuid dan
berjangka pendek menjadi sangat menarik karena suku bunga mencapai titik
tertinggi sementara semua pasar yang lainnya sedang turun. Pasar obligasi sudah
mulai mendekati titik terendahnya sehingga investor sudah dapat mengakumulasi
Obligasi untuk antisipasi jika terjadi bull market. Pembelian Obligasi
sebaiknya yang memiliki tenor jangka lebih pendek untuk melindungi portofolio
dari capital depreciation karena antisipasi terhadap tingginya suku bunga.
CONTOH KASUS
Akhir-akhir
ini, isu resesi mulai banyak tersiar. Mulai dari Yunani yang gagal bayar, utang
Indonesia yang terancam tidak terbayar sampai perlambatan ekonomi global. Saat
isu tentang resesi mulai mengemuka, para pelaku pasar modal biasanya dilanda
kegalauan. Terkadang kegalauan itu diaktualisasikan dengan aksi panic selling
untuk mengamankan modal. Tak jarang cut loss dalam jumlah yang tak sedikit pun
tak terelakkan lagi bagi seorang trader.
Sementara itu, untuk
investor jangka panjang, biasanya resesi adalah momen 'berkah' tersendiri yang
memungkinkan mereka mengamalkan prinsip buy wonderful company at
undervalued price.Pada momentum resesi inilah, saham super seperti
UNVR (PT Unilever Tbk) diperoleh dalam harga super diskon.
Resesi terdekat yang pernah
melanda negeri ini adalah tahun 2008. Isu subprime mortgage saat
itu menjadi pemicu menjalarnya resesi di berbagai belahan dunia, tak terkecuali
di Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat menorehkan rekor di awal tahun 2008 dengan menembus level 2.800-an, anjlok pada
akhir bulan Oktober di level 1.000-an. Satu fenomena menarik saat itu adalah ketika para investor dan trader
domestik melakukan aksi panic
selling, justru para investor asing membukukan net buy di
akhir tahun itu.
Ketika resesi tahun 2008
berimbas pada IHSG yang menyentuh level terendahnya tahun itu, volume beli
bersih asing malah meningkat. Bahkan di kuartal keempat, saat IHSG berada di
level 1.000-an, nilai beli bersih investor asing menorehkan persentase terbesar
dalam kurun waktu setahun tersebut.
Hal ini mengindikasikan bahwa ketika terjadi resesi, tersimpan peluang bagi para investor untuk merestrukturisasi portofolionya dengan memilih saham-saham berfundamental bagus dengan manajemen kredibel dan prospek industri yang cerah.
No comments:
Post a Comment