Friday, 1 January 2016

Analisis Ekonomi Indonesia - Contoh Kasus

PENDAHULUAN
Siklus ekonomi/bisnis adalah suatu fenomena yang telah diketahui dengan sangat baik, dari siklus bisnis dan pereknomian dapat dianalisa interrelasi dan perilaku antara pasar-pasar keuangan pada situasi perekonomian yang berbeda-beda. Secara umum, kondisi resesi perlahan-lahan akan diikuti dengan ekspansi ekonomi seiring dengan upaya-upaya pemerintah untuk bangkit dari kondisi resesi dan mempertahankan kearah pertumbuhan ekonominya, demikian selanjutnya ekpsansi ekonomi dikuti dengan kondisi resesi. Siklus bisnis tersebut berdampak berbeda beda terhadap pasar keuangan, sehingga untuk kemudahan analisa antar-pasar dapat dibagi paling tidak ada enam titik balik atau stage perkembangan pasar disesuaikan dengan siklus bisnis/ekonomi yang terjadi.
Stage I: Awal Resesi
Stage pertama adalah Awal Resesi,  pada umumnya stage ini ditandai dengan mulai melemahnya aktivitas ekonomi suatu Negara atau global, kecenderungan tekanan inflasi tinggi harus diantisipasi dengan penurunan tingkat suku bunga. Pada saat kondisi ini, kecenderungan pasar yang Bullish adalah Pasar Uang (terutama instrumen kas), dan Pasar Obligasi, sedangkan pasar yang cenderung Bearish adalah Pasar Saham dan Pasar Komoditas. Alokasi asset lebih difokuskan pada alokasi instrument kas secara substantial dengan jangka waktu yang pendek-pendek. Stage ini juga merupakan waktu yang cukup tepat untuk mulai membeli/mengakumulasi Obligasi-Obligasi kualitas tinggi, terutama yang memiliki rating “Investment Grade” dan mengurangi/menjual  Obligasi-Obligasi dengan kualitas rendah, yang pada stage ini menjadi berisiko tinggi. Secara umum untuk alokasi saham mulai dikurangi, dan masih berinvestasi pada saham sektoral yang depensif, dan saham sektoral yang sensitif terhadap suku bunga seperti saham perbankan (untuk antisipasi penurunan suku bunga).
Stage II: Resesi
Sebagaimana dialami oleh Amerika Serikat dan Negara-negara lain didunia saat ini sedang memasuki Stage Resesi. Pada stage Resesi ditandai dengan penurunan tajam suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, tekanan inflasi mulai mereda atau mulai hilang, pasar saham sudah mencapai titik terendahnya dan sedang memasuki periode peningkatan yang cukup substantial (bull phase). Karena kondisi rendahnya tingkat suku bunga dan mulai bullish-nya pasar saham maka untuk strategi asset alokasi dinamis, merupakan waktu yang tepat untuk merotasi portfolio investasi dari instrumen-instrumen kas ke pasar saham. Sementara itu untuk Obligasi, pada stage ini masih melanjutkan periode kenaikan (bull phase) meskipun potensi keuntungan dengan memegang obligasi cenderung menurun secara progresif. Pada saat kondisi ini mungkin tepat juga untuk sedikit menambah eksposur obligasi yang lebih berisiko seperti corporate bond dalam portofolio. Secara umum Bullish: Obligasi dan Saham; Bearish: Komoditas.
Stage III: Akhir dari Resesi, awal Pertumbuhan
Pada stage ini kecenderungan pasar yang Bullish adalah Obligasi, Saham, dan Komoditas. Untuk alokasi asset, mengurangi instrument kas dan dapat dikurangi hingga batas minimum dalam portofolio karena turunnya suku bunga jangka pendek, hampir semua pasar modal maupun pasar komoditas mengalami kenaikan, harga-harga komoditas mulai bergerak naik. Obligasi mulai memasuki fase akhir dan harga Obligasi berkualitas rendah juga masih relatif menarik, dan merupakan waktu yang tepat untuk mulai mengurangi porsi obligasi dalam portofolio. Pada stage ini yang sangat bagus adalah Pasar Saham dengan overweight pada saham sektor energi dan pertambangan, bahkan saham dengan beta tinggi sekalipun merupakan investasi yang bagus.  Komoditas menjadi sangat menarik, karena naiknya produksi seiring meningkatnya  pertumbuhan ekonomi akan mendorong meningkatnya permintaan terhadap bahan-bahan mentah (raw material) . disamping itu investasi pada emas, dan perak akan memungkin investor untuk memagari potensi tekanan inflasi yang timbul diakibatkan karena efek pertumbuhan tinggi.
Stage IV: Pertumbuhan
Pada stage ini kecenderungan pasar yang Bullish adalah Saham, Komoditas, dan pasar yang Bearish adalah Obligasi. Suku bunga sudah mencapai level terendahnya dan harga-harga obligasi dan pasar uang mencapai puncaknya. Obligasi mulai memasuki fase penurunan, karena investor mulia melakukan aksi ambil untung dan mengurangi porsi dalam portofolionya. Adapun saham-saham yang sensitif terhadap suku bunga mengalami kenaikan puncaknya pada saat awal stage ini. Seperti saham perbankan, saham automotif, Semen dan Properti. Pada kondisi ini akan lebih baik investasi saham di rotasi ke saham-saham yang memiliki fundamental bagus seperti saham-saham yang memiliki valuasi atraktif.
Stage V: Akhir dari Pertumbuhan
Pada stage ini biasanya Bullish untuk Komoditas, dan Bearish untuk Obligasi dan Saham.  Perekonomian mencapai titik puncaknya yang mulai mendorong naiknya tingkat suku bunga dan meningkatnya tekanan inflasi. Untuk asset alokasi sebaiknya mulai menjual Obligasi dan Saham dan seluruh proceed dari penjualan obligasi dan saham tersebut digunakan untuk membeli instrument-instrumen fixed income jangka pendek. Investasi pada obligasi menjadi kurang menarik dan harus dikurangi, dan obligasi yang dimiliki harus yang memiliki kualitas tinggi untuk meminimisasi potensi default. Pada stage ini sebaiknya kita mulai identifikasi langkah-langkah untuk mengurangi alokasi pada saham. Namun demikian tidak semua saham berada di level puncaknya, karena beberapa saham yang memiliki earnings bagus dan saham-saham yang sensitif terhadap inflasi masih berada dibawah titik puncaknya. Komodoitas menjadi satu-satunya pasar yang masih dalam bull fase yang sangat memungkinankan untuk memproteksi inflasi, terutama komoditas baha baku, logam (emas), perak, nikel, batubara dll
Stage VI: Penurunan Pertumbuhan dan awal Resesi
Stage penurunan pertumbuhan dan awal dari resesi biasanya ditandai oleh Bearish-nya Obligasi, Saham dan Komoditas. Pada stage ini semua pasar mengalami penurunan dan cash is the king. Investasi yang likuid dan berjangka pendek menjadi sangat menarik karena suku bunga mencapai titik tertinggi sementara semua pasar yang lainnya sedang turun. Pasar obligasi sudah mulai mendekati titik terendahnya sehingga investor sudah dapat mengakumulasi Obligasi untuk antisipasi jika terjadi bull market. Pembelian Obligasi sebaiknya yang memiliki tenor jangka lebih pendek untuk melindungi portofolio dari capital depreciation karena antisipasi terhadap tingginya suku bunga.
CONTOH KASUS
Akhir-akhir ini, isu resesi mulai banyak tersiar. Mulai dari Yunani yang gagal bayar, utang Indonesia yang terancam tidak terbayar sampai perlambatan ekonomi global. Saat isu tentang resesi mulai mengemuka, para pelaku pasar modal biasanya dilanda kegalauan. Terkadang kegalauan itu diaktualisasikan dengan aksi panic selling untuk mengamankan modal. Tak jarang cut loss dalam jumlah yang tak sedikit pun tak terelakkan lagi bagi seorang trader.

Sementara itu, untuk investor jangka panjang, biasanya resesi adalah momen 'berkah' tersendiri yang memungkinkan mereka mengamalkan prinsip buy wonderful company at undervalued price.Pada momentum resesi inilah, saham super seperti UNVR (PT Unilever Tbk) diperoleh dalam harga super diskon.
Resesi terdekat yang pernah melanda negeri ini adalah tahun 2008. Isu subprime mortgage saat itu menjadi pemicu menjalarnya resesi di berbagai belahan dunia, tak terkecuali di Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat menorehkan rekor di awal tahun 2008 dengan menembus level 2.800-an, anjlok pada akhir bulan Oktober di level 1.000-an. Satu fenomena menarik saat itu adalah ketika para investor dan trader domestik melakukan aksi panic selling, justru para investor asing membukukan net buy di akhir tahun itu.

Ketika resesi tahun 2008 berimbas pada IHSG yang menyentuh level terendahnya tahun itu, volume beli bersih asing malah meningkat. Bahkan di kuartal keempat, saat IHSG berada di level 1.000-an, nilai beli bersih investor asing menorehkan persentase terbesar dalam kurun waktu setahun tersebut.




Hal ini mengindikasikan bahwa ketika terjadi resesi, tersimpan peluang bagi para investor untuk merestrukturisasi portofolionya dengan memilih saham-saham berfundamental bagus dengan manajemen kredibel dan prospek industri yang cerah.

No comments:

Post a Comment