Wednesday, 23 March 2016

Kuliah Online Wisata Hati - Sedekah



Mengharap Sama Allah
By : Ustadz Yusuf Mansur

Allah lah tempat berharap semua yang punya harapan.
Coba? Kepada siapa lagi mereka yang punya hutang berharap?
Sama manusia lagi?
Sehingga sebenernya bukan terbayar hutangnya?
Melainkan bayar hutang dengan hutang yang bertambah besar?
Kepada siapa yang punya hutang lalu bisa mengadu dengan aman, tenang, menenangkan? Selain kepada Allah?
Ketika mengadu kepada manusia, yang ada hanya tambahan kepusingan, tambahan masalah, sebab dia juga barangkali punya masalah.
Dan siapa juga yang siap menerima aduan, keluhan, setiap saat?
Ga ada, kecuali Allah.
Allah bisa memberi kesejukan hati. Allah bisa memberikan rasa adem, rasa tenang. Allah akan kuatkan batin.
Dan Allah akan bukakan harapan demi harapan. Bagi sesiapa yang berharap kepada-Nya, Allah akan mewujudkan harapan itu.
Sementara jika ada manusia yang berharap kepada selain Allah, akan Allah patahkan harapannya itu. Sehingga dia berputus asa dan barulah memanggil Allah sepenuh-penuhnya harapan, “Yaa Allah, hanya Engkau harapan saya satu-satunya...” Begitu biasanya lirihan, rintihan, mereka yang akhirnya ga punya harapan lagi kecuali harapan itu kepada Allah.
Mereka yang uangnya di luar. Mereka yang uangnya di tangan orang. Mereka yang proyeknya gagal. Mereka yang kemudian jadi punya masalah yang katanya sebab kejadian demi kejadian yang tidak bisa dikontrolnya. Mereka yang segala harapan dari uang yang bakal kembali, bakal masuk, proyek yang bakal terbayar, lalu tiba-tiba musnah itu semua, kemana kemudian mereka akan berharap? Kecuali kemudian melihat sajadah yang sudah lama tidak ketempelan sama dahi, kening, jidat, yang serius rintihannya, lirihannya, kepada Allah?
Bahkan saat kita semua berlumur dosa pun, Allah tetap membuka Diri-Nya untuk kita.
Ya. Saat semua pintu tertutup, Allah membuka pintu-Nya. Allah memanggil kembali semua yang kehilangan harapan, agar penuh berharap kepada-Nya.
Allah tidak meminta apa-apa dari mereka yang memiliki harapan. Allah meminta mereka percaya bahwa Allah punya begitu banyak keajaiban yang diperlukan oleh mereka. Mereka meminta ampun kepada Allah. Lantas mereka shalat dan berdoa, lalu bersabar. Menerima dulu semua kejadian dengan lapang, dengan ridha, dengan ikhlas, dengan penuh syukur,
sementara Allah membereskan satu per satu, sehingga terurai semua masalah, selesai semua kesulitan, teratasi semua kesusahan.
Saat tidak ada lagi yang bisa dilakukan, ambil wudhu, gelar sajadah. Shalatlah. Doa lah. Dan satu yang harus dilakukan: Bersabarlah.
Saya menyebut, sementara Allah membereskan semua masalah dan beban hidup kita, terima dulu semua kejadian. Istirahatkan otak. Jangan banyak bertanya dulu. Tenangkan hati. Katakan, ga apa saat ini susah. Ga apa saat ini begitu banyak masalah. Ga apa saat ini kehilangan banyak hal. Ga apa. Sudah saya serahkan kepada Allah semuanya. Yang terjadi, biarlah dulu terjadi. Asal Allah sudah tau dan sudah saya serahkan, maka terserah Allah saja dulu saya ini musti apa, musti gimana.
Hingga diceritakan pernah datang seorang pedagang kepada Allah, yang jika tidak bisa bayar gironya, maka masalah akan datang bertubi-tubi. Gironya bukan selembar. Tapi 2-3 buku giro. Alias buanyak sekali pembayaran. Dia berpikir bahwa dia merugikan banyak sekali orang. Sementara dagangannya bukan saja tidak laku, tidak jadi duit, tapi dagangannya dibawa lari orang. Sementara aset ga punya. Sudah dijual satu demi satu untuk penbayaran ini dan itu. Setumpuk pembayaran, masih di depan mata.
Dia baca Kuliah Tauhid, Allah menjadikan dirinya juga ujian buat yang lain. Bukan menjadikan yang lain doang sebagai ujian buat dia.
Ngerti ya? Paham ya?
Engga? He he he.
Baik. Saya jabarkan sedikit.
Mereka yang tidak terbayarkan gironya, barangkali Allah pun sedang menghendaki kebaikan buat semuanya. Allah hadirkan si pedagang yang ga bisa bayar ini di kehidupan semua yang memegang giro. Siapa pula yang mengizinkan terisi dan tidak satu giro? Siapa pula yang mengizinkan pertemuan dengan pedagang yang memberi giro ini? Siapa yang mengizinkan transaksi dulu terjadi? Allah. Allah yang menghendaki pertemuan itu. Ada yang dosanya diampuni sebab giro itu ga terbayar lalu dia bersabar. Ada yang derajatnya diangkat dengan sebab gironya itu menyusahkan dirinya lalu dia bersabar. Ada yang keadaanya jadi sulit sebab giro itu ga terbayar, sama atau lebih sulit daripada si pedagang itu. Tapi kemudian dia jadi bersabar. Allah jadikan si pedagang yang ga bisa bayar giro ini, ujian bagi semua yang memegang gironya.
Maka begitu juga si pedagang ini. Allah jadikan semua yang berhubungan dengan dia, Allah jadikan semua kejadian yang terjadi kepada dia, sebagai ujian dari-Nya. Maka bersabarlah.
Pedagang ini menangis. Ga tau lagi apa yang musti dilakukan. Dia terima kemudian cacian, makian, hinaan, kemarahan, dan segenap perlakuan, hingga perkara kemudian ada yang membawanya ke kepolisian. Dia pun menjalani itu semua. Dia menurut ketika dijemput polisi. Dia menurut ketika harus menjalani tuduhan penipuan. Dulu hatinya selalu berontak, “Siapa sih yang mau nipu? Siapa sih yang mau ngerugiin orang?” Tapi semua mata jika melihat, semua telinga jika mendengar, akan menjawab, “Ya, kamu! Kamu buka giro ini giro itu, untuk orang, sementara Kamu udah niat ga bakal bayar, sebab Kamu udah tau ga akan terbayar.” Duh. Akhirnya ketika kepasrahan itu datang, ga bertanya lagi. Memilih menerima saja toko hancur, dagangan ga terbayar, dan masuk bui.
Tapi hanya syetan yang berusaha memadamkan harapan. Syetan akan terus mengatakan, “Allah ga bisa bantu Kamu. Lihat, shalat Kamu terakhir-terakhir ini. Lihat sedekah Kamu. Lihat tangisan Kamu di tahajjud Kamu. Lihat. Percuma kan? Kamu tetep susah. Kamu tetap kehilangan toko Kamu. Suami Kamu pun sekarang meninggalkan Kamu. Anak-anak mu tidak ada lagi yang nengokin Kamu. Kawan-kawanmu apalagi...”
Syetan bukan saja memadamkan harapan akan Allah, akan pertolongan-Nya. Bahkan syetan menghadirkan kegelisahan kegelisahan baru, ketakutan ketakutan baru, kekhawatiran kekhawatiran baru. Kalau terus dibiarkan, maka siapa lagi kemudian yang akan membahagiakan hati?
Tapi Allah tetap Allah. Seribu kali kita mengeluhkan tentang Allah tidak mau membantu, Allah tetap akan membantu. Sebagaimana sedekah yang dikeluhkan tidak akan terbayar, akan terbayar. Sedekah yang dikeluhkan tidak bener, ternyata Allah tetap mewujudkannya. Sampai-sampai banyak yang malu sama Allah. Ternyata Janji-Nya bener. Kitanya aja yang ga bersabar.
Saat sedang putus asa, hadir kawan-kawan baru yang membahagiakan. Didatangkan seorang ustadz ke dalam LP di mana dia ada di sana. Memperkenalkannya kepada al Qur’an. Dia mengingat, dia ga ada perhatiannya sama al Qur’an. Ditawarkan kepadanya, al Qur’an itu mudah untuk dihafal. Cukup 1 hari 1 ayat. “Ga usah dihafal deh, coba. Dibaca aja. Tapi bacanya berulang-ulang. 20 sampe 40 kali. Tar juga hafal...”
Manusia sudah membuangnya. Suaminya, anak-anaknya, keluarganya. Semua orang di sekelilingnya. Tapi Allah menerimanya.
Kejadian ini belum lama dikisahkannya. Udah ada One Day One Ayat kan berarti belum lama. Itu dakwah kita atas izin Allah.
Dan itulah Allah. Allah mau menerimanya. Allah kenalkan dia sama kawan-kawan baru. Dia melihat ada yang bener-bener jahat, brengsek, kacau. Tapi dia juga melihat ada banyak orang sepertinya. Dasarnya baik. Tapi barangkali keadaan yang membuatnya dicap sebagai orang jahat juga.
Pelan-pelan dia dekati lagi Qur’an. Satu demi satu kesenangan dihadirkan Allah. Di mana-mana ternyata ada kebahagiaan.
Dan saat itu pun datang. Saat pembebasan. Dia bisa menghargai Allah lebih dari sebelumnya. Dia bisa menghargai waktu luang, kesehatan, ibadah, dan banyak hal yang dulu tidak terlalu disyukurinya.
Suami dan anak-anaknya ternyata menjemputnya. Mereka tidak membuangnya. Mereka tidak melupakannya. Hingga dia baru sadar, setiap bulan mereka datang menjenguknya, membawakan masakan rumah.
2 tahun berlalu. Dengan semua yang dia pernah ga bayar gironya sudah kembali bersahabat. Seiring dengan waktu, semua bisa menerima masing-masing masalahnya. Hutang tetaplah hutang. Yang harus dibayar walau sudah masuk bui. Tapi dia mendapati dirinya sudah bisa membayar, sedikit demi sedikit. Tokonya, yang memang ternyata juga sudah dikontrak selama 10 tahun, kembali dibukanya.
Ada yang beda. Malam-malamnya tetap diisi. Bukan dengan harapan jangka pendek, “besok harus lunas ini, harus bayar itu.” Bukan. Tapi dengan harapan yang dia biarkan Allah bekerja penuh di dalam harapannya itu.
Di dalam LP dia pelajari buku-buku ustadz tersebut. Banyak waktu buat baca.
Saban tahajjud, dia adukan. Hari ini ada yang buka giro. Sebelum buka giro dia udah baca doa. Di pagi hari sebelum buka toko, dia udah shalat, dan berdoa. Agar dihadirkan pembeli yang ga bermasalah. Dan andaipun bermasalah, minta dihadirkan solusinya terus, jangan sampe keburu mentok dan bermasalah lain.
Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. Paginya lapor sama Allah, lewat dhuha. Zuhur lapor lagi atas apa yang terjadi di jam buka sampe zuhur. Ashar lapor lagi. maghrib lapor lagi. isya lapor lagi. Jelang malam lapor lagi. Dan di sepertiga malam, lapor lagi. Begini dan begitu. Seakan-akan Allah itu begitu nampak di hadapannya. Bagaikan pemodal yang harus dilapori terus perkembangan tokonya.
Kehidupannya berubah. Allah melihat 10 tahun tokonya, dia dan suaminya, juga anak-anaknya, harus diajari sesuatu. Sesuatu yang tidak membuat dia dan keluarganya menjadi lalai dari mengingat Allah. Sesuatu yang tidak membuat dia dan keluarganya menjadi lupa sama Allah. Sesuatu itu adalah kejadian yang dianggap jelek, yang ternyata baik.
Allah yang punya segala harapan. Dan bahkan Allah mampu, sanggup, kuasa, mewujudkan harapan lain yang lebih baik daripada harapan kita sendiri.
***
Di tempat lain, berjuta-juta orang berharap sama Allah. Dan Allah ga akan pernah kehabisan cara, kehabisan jalan, kehabisan anugerah, rizki, untuk memenuhi semua harapan itu. Hingga Allah menyebut, jika semua manusia berkumpul, di satu lapangan, dari manusia pertama dulu, hingga akhir zaman. Dan berkumpul pula semua jin. Dari zaman dulu. Hingga akhir zaman. Lalu satu demi satu dari mereka memiliki permintaan, dan ditambah lagi permintaan yang lain, maka Allah tidak akan pernah berkurang perbendaharaan-Nya. Tidak akan pernah berkurang kekayaan-Nya.
Seperti itulah harusnya semua yang berharap, berharap. Tapi munculkan juga kesabarannya. Munculkan rasa baik sangkanya. Munculkan ikhlasnya, ridhanya. Semua Keajaiban yang diperlukan, ada semua di sisi Allah. Dan Allah Maha Pemurah untuk membagi-bagikannya kepada semua yang berharap kepada-Nya. Subhaanallah.
Episode buruk, episode sulit, susah, berantakan, kacau, semua tidak akan jadi seperti yang kita bayangkan, dan tidak akan menjadi buruk, sampe otak kita, akal kita, pikiran kita, perasaan kita, hati kita, mengatakan itu buruk. Semua sesungguhnya baik. Hanya kita ga mengerti bahwa itu lah yang terbaik buat kita.
Ketika Allah menghadirkan satu kesulitan, satu permasalahan, satu kesusahan, sesungguhnya Allah sudah memilihkan yang teringan buat kita. Allah sudah memilihkan yang paling enteng buat kita. Berhentilah mengeluh. Berhentilah meratap. Berhentilah menyumpah serapahi kehidupan. Masih begitu banyak augerah yang Allah berikan,
bukakan, untuk kita. Jangan sampai Allah bukan saja menutup mata kita, tapi menutup semua rasa di hati kita, lalu jadilah semakin sesak nafas kita. Kita bener-bener ga bisa melihat Kebesaran Allah. Kita ga melihat Kekuasaan Allah.
Kepada semua yang sedang susah, kepada semua yang sedang ada hajatnya, shalatlah. Doa lah. Dan bersabarlah. Allah akan datang. Dan Allah akan selalu datang. Bahkan jangan-jangan Allah sudah datang. Sudah bekerja di dalam kehidupan Saudara semua.
***
Insya Allah dengan izin Allah saya tau, bahwa Saudara yang memilih Kuliah Pilihan, Kulia h Solusi, dan Kuliah Khusus, akan melewati juga Kuliah Dasar ini. Hari ini jadwalnya Kuliah Dasar Sedekah. Tapi saya membawanya kepada Kuliah Tauhid lagi, dan lagi. Saya antar diri saya dan sebanyak-banyaknya orang yang bisa saya ajak untuk punya harapan kepada Allah, dan hanya kepada-Nya. Saya ingatkan semuanya, termasuk diri saya sendiri, bahwa semua kejadian, peristiwa, berada di dalam jangkauan Allah. Berada di dalam pengetahuan-Nya. Berada di dalam genggaman-Nya. Allah punya Kuasa-Nya. Allah punya segala yang kita butuhkan. Kita memang yang terlalu lama tidak mengistimewakan diri-Nya. Allah rindu sama kita. Kepengen mendengar rintihan kita. Kepengen mendengar suara terdalam kita yang butuh akan kehadiran-Nya. Butuh akan pertolongan-Nya.
Buat semua kawan yang masih baik-baik saja, masih jaya, masih sakses, masih berlimpah, jangan sampai peristiwa itu didatangkan Allah. Selagi masih banyak karunia, termasuk sehat, berkeluarga, beranak pinak, berizki pekerjaan atau usaha, dekatkan diri kepada Allah. Jadilah yang selalu ada di shaf pertama, sejak sebelum azan dikumandangkan. Jika saudara perempuan, yang karenanya ga bisa ke masjid barangkali, sebab ga ada muhrimnya, ga ada temennya, ga ada kawan untuk jalan ke masjid, maka jadilah selalu yang sudah siap untuk shalat lima waktu, sebelum azan dikumandangkan. Jangan sampai ketinggalan doa antara azan dan iqomat jika itu bisa dilakukan. Jangan sampe kehilangan satu pun shalat sunnah qobliyah ba’diyah. Jangan sampe ada pagi terlewat kecuali ada dhuha. Jangan sampe ada malam terlewat kecuali bangun malam, untuk shalat malam. Penuhi setiap ibadah dengan ibadah doa. Doaaaaaaaa terus. Berbisiiiiiiiiiik terus kepada Allah. Ngomoooooooong terus ke Allah. Atas apa-apa yang terjadi. Lapor terus. Sementara, jangan tunggu sempit, baru juga Saudara dan juga saya, bersedekah.
Allah bener-bener Tuhan Yang Penuh Dengan Harapan. Kepada-Nya semua dari kita berharap. Ada di antara Onliners yang berharap betul tahun ini bisa menikah. Tahun depan lalu sudah bisa menimang anak, dari rahimnya sendiri. Di antara onliners, ada yang bener-bener berharap, dia bisa hamil tahun ini, dan tahun depan sudah mendengar tangisan indah dari bayinya sendiri.
Ada Allah yang sanggup menyembuhkan total semua penyakit Saudara. Dan menunggu Saudara di Surga-Nya dalam keadaan Saudara menghadapnya sebagai manusia yang bener-bener sehat, tidak ketemu badan yang penyakitan. Jika Saudara bersabar, Allah mungkin tidak menyembuhkan Saudara. Tapi Allah mengampuni dosa Saudara, lalu Saudara diberikan hak untuk melihat Wajah-Nya. Sebab kesabaran Saudara, Saudara lalu dikumpulkan bersama para nabi.
Si sulung yang sempat Saudara kehilangan dia. Justru barangkali menjadi anak yang menjemput dengan senyumannya, saat Saudara nanti sakratul maut. Saudara kehilangan anak yang Saudara sayangi. Namun Saudara mengikhlaskannya. Lalu Allah menggantinya dengan 2 atau 3 anak yang lain. Saat Saudara sudah lupa, Allah malah menghadirkannya. Saat sakratul maut, malaikat kematian dengan izin Allah datang dengan seorang anak muda yang Saudara diizinkan memiliki rasa bahwa dia adalah sulungnya Saudara. Subhaanalllaah.
Saudara yang menanti hadirnya jodoh, Allah Yang Penuh Harapan, barangkali tidak mengizinkan Saudara menikah hingga akhir hayat Saudara. Saat di padang makhsyar, saat semua suami tidak bisa mengingat siapa istrinya, saat semua istri tidak bisa mengingat siapa suaminya, saat semua ayah ibu tidak bisa mengingat siapa anaknya, saat semua anak tidak bisa mengingat siapa ayah ibunya, Saudara malah dijemput Allah. Allah utus sahabat-sahabat Rasul untuk menjemput Saudara dan mempertemukan Saudara dengan manusia yang akan memberi syafaat di hari dijatuhkannya syafaat. Saudara sebab sabarnya Saudara akan segala ketemtuan Allah, lalu Allah menyandingkan Saudara dengan nabi paling sabar, yakni Nabi Muhammad shallaa ‘alaih. Subhaanallaah.
Dan saya dengan suara paling dalam mengatakan, tidak ada juga yang sabar, tawakkal, menerima semua nasib, kecuali kemudian Allah jawab juga permintaannya. Jodoh dihadirkannya dalam keadaan dia ga lalai dari Allah.
Sebagaimana mereka yang merasa akan kehilangan rumahnya, tokonya, usahanya, hancur perdagangannya, lalu mereka bertawakkal, menyerahkan ke Allah, biasanya keajaiban akan terjadi. Bisa jadi usahanya memang hancur. Yang dengannya hancur pula dosa-dosanya yang tumbuh membesar bersama usahanya. Tapi kemudian Allah ganti dengan usaha yang bersih yang tumbuh bersama doa dan ibadah-ibadahnya. Bisa jadi rumahnya kemudian disita. Tapi Allah kasih dulu penampuangan, dengan Cara-Cara-Nya. Bersama rumah yang diambil-Nya, diambil pula oleh-Nya dosa-dosanya. Setelah bersih, dan kemudian muncul doa-doa dan ibadah-ibadahnya, Allah berikan lagi kemudian rumah yang bersih untuknya. Bisa jadi rumah tangga seseorang Allah hancur leburkan. Allah pisahkan sepisah-pisahnya. Tapi Allah punya Kuasa untuk mengembalikan kembali keutuhan rumah tangganya. Allah pisahkan juga mereka dari dosa-dosa mereka. Seiring kemudian setelah bersih, Allah hadiahkan mereka rumah tangga yang tenang dan bahagia.
Manusia itu tempatnya dosa. Allah punya cara-cara untuk mengampuni seseorang, memaafkan. Manusia juga punya doa-doa. Allah punya jutaan cara juga dalam mengabulkan. Kadang perjalanan pencucian dan pengampunan dosa, menyakitkan. Tapi itu bukan bagi mereka yang ikhlas dan pasrah. Buat mereka ini, semakin berat beban, semakin menderita, mereka akan semakin menemukan Allah sebagai Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Subhaanallaah.
Mereka yang belajar, kuliah, punya harapan agar dimudahkan Allah belajarnya, kuliahnya. Maka mereka ini tidak salah. Apalagi jika kemudian dipenuhi hak-hak Allah. Mereka shalat tepat waktu, berjamaah. Mereka menyisihkan waktu untuk dhuha, tahajjud¸dan menyenangkan duduk agak lama di masjid, di sajadah, sebagaimana senangnya mereka duduk di bangku sekolah dan kuliah. Duduk di kelas bisa separuh hari. Tapi duduk bersama Allah, hanya beberapa menit yang tidak berkualitas. Ini kemudian mereka ubah, sebab mereka punya harapan sama Allah. Sungguh, Allah akan mewujudkannya. Tambah-tambah lagi manakala Allah melihat mereka yang sungguh-sungguh berharap ke Allahnya, lalu
bersungguh-sungguh pula menjaga dirinya dari segala maksiat dan dosa. Subhaanallaah. Tentu Allah akan mewujudkan segala harapannya dengan perwujudan yang indah. Bukan terjadi tapi malah jadi prahara.
Dan sebaik-baik harapan adalah dibukanya surga, ditutupnya neraka. Bisa berjumpa dengan Allah dan Rasul-Nya. Dalam keadaan Allah ridha, dan Rasul pun menyambut. Subhaanallaah. Maasyaa Allah. Didoakan, didoakan, didoakan. Dan doakan saya, doakan saya, doakan saya.
Sejenak mari kita heningkan diri.
Tutuplah dulu KuliahOnline ini, dan sempatkan doa dan mendoakan.
Kita sama-sama saling berdoa dan mendoakan.
Bener-bener lakukan ya.
Saya pun dengan izin Allah, melakukan. Dan menyenangi melakukan. Kadang di mobil, ketika berkendaraan, di motor ketika bermotor ria, di saat duduk menunggu jadwal qomat atau jadwal tausiyah, saya sempatkan berdoa dan mendoakan. Senang, sebab tidak ada doa yang tidak dikabul. Semua doa dikabul. Bahkan menjadi penukar bencana yang kita tidak ketahui, dan penarik kebaikan yang tidak kita minta.
Berdoa.... Dimulai....

No comments:

Post a Comment