Mengharap Sama Allah
By : Ustadz Yusuf Mansur
Allah lah tempat
berharap semua yang punya harapan.
Coba? Kepada siapa lagi
mereka yang punya hutang berharap?
Sama manusia lagi?
Sehingga sebenernya
bukan terbayar hutangnya?
Melainkan bayar hutang
dengan hutang yang bertambah besar?
Kepada siapa yang punya
hutang lalu bisa mengadu dengan aman, tenang, menenangkan? Selain kepada Allah?
Ketika mengadu kepada
manusia, yang ada hanya tambahan kepusingan, tambahan masalah, sebab dia juga
barangkali punya masalah.
Dan siapa juga yang
siap menerima aduan, keluhan, setiap saat?
Ga ada, kecuali Allah.
Allah bisa memberi
kesejukan hati. Allah bisa memberikan rasa adem, rasa tenang. Allah akan
kuatkan batin.
Dan Allah akan bukakan
harapan demi harapan. Bagi sesiapa yang berharap kepada-Nya, Allah akan
mewujudkan harapan itu.
Sementara jika ada
manusia yang berharap kepada selain Allah, akan Allah patahkan harapannya itu.
Sehingga dia berputus asa dan barulah memanggil Allah sepenuh-penuhnya harapan,
“Yaa Allah, hanya Engkau harapan saya satu-satunya...” Begitu biasanya lirihan,
rintihan, mereka yang akhirnya ga punya harapan lagi kecuali harapan itu kepada
Allah.
Mereka yang uangnya di
luar. Mereka yang uangnya di tangan orang. Mereka yang proyeknya gagal. Mereka
yang kemudian jadi punya masalah yang katanya sebab kejadian demi kejadian yang
tidak bisa dikontrolnya. Mereka yang segala harapan dari uang yang bakal
kembali, bakal masuk, proyek yang bakal terbayar, lalu tiba-tiba musnah itu semua,
kemana kemudian mereka akan berharap? Kecuali kemudian melihat sajadah yang
sudah lama tidak ketempelan sama dahi, kening, jidat, yang serius rintihannya,
lirihannya, kepada Allah?
Bahkan saat kita semua
berlumur dosa pun, Allah tetap membuka Diri-Nya untuk kita.
Ya. Saat semua pintu
tertutup, Allah membuka pintu-Nya. Allah memanggil kembali semua yang
kehilangan harapan, agar penuh berharap kepada-Nya.
Allah tidak meminta
apa-apa dari mereka yang memiliki harapan. Allah meminta mereka percaya bahwa
Allah punya begitu banyak keajaiban yang diperlukan oleh mereka. Mereka meminta
ampun kepada Allah. Lantas mereka shalat dan berdoa, lalu bersabar. Menerima
dulu semua kejadian dengan lapang, dengan ridha, dengan ikhlas, dengan penuh
syukur,
sementara Allah
membereskan satu per satu, sehingga terurai semua masalah, selesai semua
kesulitan, teratasi semua kesusahan.
Saat tidak ada lagi
yang bisa dilakukan, ambil wudhu, gelar sajadah. Shalatlah. Doa lah. Dan satu
yang harus dilakukan: Bersabarlah.
Saya menyebut,
sementara Allah membereskan semua masalah dan beban hidup kita, terima dulu
semua kejadian. Istirahatkan otak. Jangan banyak bertanya dulu. Tenangkan hati.
Katakan, ga apa saat ini susah. Ga apa saat ini begitu banyak masalah. Ga apa
saat ini kehilangan banyak hal. Ga apa. Sudah saya serahkan kepada Allah
semuanya. Yang terjadi, biarlah dulu terjadi. Asal Allah sudah tau dan sudah
saya serahkan, maka terserah Allah saja dulu saya ini musti apa, musti gimana.
Hingga diceritakan
pernah datang seorang pedagang kepada Allah, yang jika tidak bisa bayar
gironya, maka masalah akan datang bertubi-tubi. Gironya bukan selembar. Tapi
2-3 buku giro. Alias buanyak sekali pembayaran. Dia berpikir bahwa dia
merugikan banyak sekali orang. Sementara dagangannya bukan saja tidak laku,
tidak jadi duit, tapi dagangannya dibawa lari orang. Sementara aset ga punya.
Sudah dijual satu demi satu untuk penbayaran ini dan itu. Setumpuk pembayaran, masih
di depan mata.
Dia baca Kuliah Tauhid,
Allah menjadikan dirinya juga ujian buat yang lain. Bukan menjadikan yang lain
doang sebagai ujian buat dia.
Ngerti ya? Paham ya?
Engga? He he he.
Baik. Saya jabarkan
sedikit.
Mereka yang tidak
terbayarkan gironya, barangkali Allah pun sedang menghendaki kebaikan buat
semuanya. Allah hadirkan si pedagang yang ga bisa bayar ini di kehidupan semua
yang memegang giro. Siapa pula yang mengizinkan terisi dan tidak satu giro?
Siapa pula yang mengizinkan pertemuan dengan pedagang yang memberi giro ini?
Siapa yang mengizinkan transaksi dulu terjadi? Allah. Allah yang menghendaki
pertemuan itu. Ada yang dosanya diampuni sebab giro itu ga terbayar lalu dia
bersabar. Ada yang derajatnya diangkat dengan sebab gironya itu menyusahkan
dirinya lalu dia bersabar. Ada yang keadaanya jadi sulit sebab giro itu ga
terbayar, sama atau lebih sulit daripada si pedagang itu. Tapi kemudian dia
jadi bersabar. Allah jadikan si pedagang yang ga bisa bayar giro ini, ujian
bagi semua yang memegang gironya.
Maka begitu juga si
pedagang ini. Allah jadikan semua yang berhubungan dengan dia, Allah jadikan
semua kejadian yang terjadi kepada dia, sebagai ujian dari-Nya. Maka
bersabarlah.
Pedagang ini menangis.
Ga tau lagi apa yang musti dilakukan. Dia terima kemudian cacian, makian,
hinaan, kemarahan, dan segenap perlakuan, hingga perkara kemudian ada yang
membawanya ke kepolisian. Dia pun menjalani itu semua. Dia menurut ketika
dijemput polisi. Dia menurut ketika harus menjalani tuduhan penipuan. Dulu
hatinya selalu berontak, “Siapa sih yang mau nipu? Siapa sih yang mau ngerugiin
orang?” Tapi semua mata jika melihat, semua telinga jika mendengar, akan
menjawab, “Ya, kamu! Kamu buka giro ini giro itu, untuk orang, sementara Kamu
udah niat ga bakal bayar, sebab Kamu udah tau ga akan terbayar.” Duh. Akhirnya
ketika kepasrahan itu datang, ga bertanya lagi. Memilih menerima saja toko
hancur, dagangan ga terbayar, dan masuk bui.
Tapi hanya syetan yang
berusaha memadamkan harapan. Syetan akan terus mengatakan, “Allah ga bisa bantu
Kamu. Lihat, shalat Kamu terakhir-terakhir ini. Lihat sedekah Kamu. Lihat
tangisan Kamu di tahajjud Kamu. Lihat. Percuma kan? Kamu tetep susah. Kamu
tetap kehilangan toko Kamu. Suami Kamu pun sekarang meninggalkan Kamu.
Anak-anak mu tidak ada lagi yang nengokin Kamu. Kawan-kawanmu apalagi...”
Syetan bukan saja
memadamkan harapan akan Allah, akan pertolongan-Nya. Bahkan syetan menghadirkan
kegelisahan kegelisahan baru, ketakutan ketakutan baru, kekhawatiran
kekhawatiran baru. Kalau terus dibiarkan, maka siapa lagi kemudian yang akan
membahagiakan hati?
Tapi Allah tetap Allah.
Seribu kali kita mengeluhkan tentang Allah tidak mau membantu, Allah tetap akan
membantu. Sebagaimana sedekah yang dikeluhkan tidak akan terbayar, akan
terbayar. Sedekah yang dikeluhkan tidak bener, ternyata Allah tetap
mewujudkannya. Sampai-sampai banyak yang malu sama Allah. Ternyata Janji-Nya
bener. Kitanya aja yang ga bersabar.
Saat sedang putus asa,
hadir kawan-kawan baru yang membahagiakan. Didatangkan seorang ustadz ke dalam
LP di mana dia ada di sana. Memperkenalkannya kepada al Qur’an. Dia mengingat,
dia ga ada perhatiannya sama al Qur’an. Ditawarkan kepadanya, al Qur’an itu
mudah untuk dihafal. Cukup 1 hari 1 ayat. “Ga usah dihafal deh, coba. Dibaca
aja. Tapi bacanya berulang-ulang. 20 sampe 40 kali. Tar juga hafal...”
Manusia sudah
membuangnya. Suaminya, anak-anaknya, keluarganya. Semua orang di sekelilingnya.
Tapi Allah menerimanya.
Kejadian ini belum lama
dikisahkannya. Udah ada One Day One Ayat kan berarti belum lama. Itu dakwah
kita atas izin Allah.
Dan itulah Allah. Allah
mau menerimanya. Allah kenalkan dia sama kawan-kawan baru. Dia melihat ada yang
bener-bener jahat, brengsek, kacau. Tapi dia juga melihat ada banyak orang
sepertinya. Dasarnya baik. Tapi barangkali keadaan yang membuatnya dicap
sebagai orang jahat juga.
Pelan-pelan dia dekati
lagi Qur’an. Satu demi satu kesenangan dihadirkan Allah. Di mana-mana ternyata
ada kebahagiaan.
Dan saat itu pun
datang. Saat pembebasan. Dia bisa menghargai Allah lebih dari sebelumnya. Dia
bisa menghargai waktu luang, kesehatan, ibadah, dan banyak hal yang dulu tidak terlalu
disyukurinya.
Suami dan anak-anaknya
ternyata menjemputnya. Mereka tidak membuangnya. Mereka tidak melupakannya.
Hingga dia baru sadar, setiap bulan mereka datang menjenguknya, membawakan
masakan rumah.
2 tahun berlalu. Dengan
semua yang dia pernah ga bayar gironya sudah kembali bersahabat. Seiring dengan
waktu, semua bisa menerima masing-masing masalahnya. Hutang tetaplah hutang.
Yang harus dibayar walau sudah masuk bui. Tapi dia mendapati dirinya sudah bisa
membayar, sedikit demi sedikit. Tokonya, yang memang ternyata juga sudah
dikontrak selama 10 tahun, kembali dibukanya.
Ada yang beda.
Malam-malamnya tetap diisi. Bukan dengan harapan jangka pendek, “besok harus
lunas ini, harus bayar itu.” Bukan. Tapi dengan harapan yang dia biarkan Allah
bekerja penuh di dalam harapannya itu.
Di dalam LP dia
pelajari buku-buku ustadz tersebut. Banyak waktu buat baca.
Saban tahajjud, dia
adukan. Hari ini ada yang buka giro. Sebelum buka giro dia udah baca doa. Di
pagi hari sebelum buka toko, dia udah shalat, dan berdoa. Agar dihadirkan
pembeli yang ga bermasalah. Dan andaipun bermasalah, minta dihadirkan solusinya
terus, jangan sampe keburu mentok dan bermasalah lain.
Allah dulu, Allah lagi,
Allah terus. Paginya lapor sama Allah, lewat dhuha. Zuhur lapor lagi atas apa
yang terjadi di jam buka sampe zuhur. Ashar lapor lagi. maghrib lapor lagi.
isya lapor lagi. Jelang malam lapor lagi. Dan di sepertiga malam, lapor lagi.
Begini dan begitu. Seakan-akan Allah itu begitu nampak di hadapannya. Bagaikan
pemodal yang harus dilapori terus perkembangan tokonya.
Kehidupannya berubah.
Allah melihat 10 tahun tokonya, dia dan suaminya, juga anak-anaknya, harus
diajari sesuatu. Sesuatu yang tidak membuat dia dan keluarganya menjadi lalai
dari mengingat Allah. Sesuatu yang tidak membuat dia dan keluarganya menjadi
lupa sama Allah. Sesuatu itu adalah kejadian yang dianggap jelek, yang ternyata
baik.
Allah yang punya segala
harapan. Dan bahkan Allah mampu, sanggup, kuasa, mewujudkan harapan lain yang
lebih baik daripada harapan kita sendiri.
***
Di tempat lain,
berjuta-juta orang berharap sama Allah. Dan Allah ga akan pernah kehabisan
cara, kehabisan jalan, kehabisan anugerah, rizki, untuk memenuhi semua harapan
itu. Hingga Allah menyebut, jika semua manusia berkumpul, di satu lapangan,
dari manusia pertama dulu, hingga akhir zaman. Dan berkumpul pula semua jin.
Dari zaman dulu. Hingga akhir zaman. Lalu satu demi satu dari mereka memiliki
permintaan, dan ditambah lagi permintaan yang lain, maka Allah tidak akan
pernah berkurang perbendaharaan-Nya. Tidak akan pernah berkurang kekayaan-Nya.
Seperti itulah harusnya
semua yang berharap, berharap. Tapi munculkan juga kesabarannya. Munculkan rasa
baik sangkanya. Munculkan ikhlasnya, ridhanya. Semua Keajaiban yang diperlukan,
ada semua di sisi Allah. Dan Allah Maha Pemurah untuk membagi-bagikannya kepada
semua yang berharap kepada-Nya. Subhaanallah.
Episode buruk, episode
sulit, susah, berantakan, kacau, semua tidak akan jadi seperti yang kita
bayangkan, dan tidak akan menjadi buruk, sampe otak kita, akal kita, pikiran
kita, perasaan kita, hati kita, mengatakan itu buruk. Semua sesungguhnya baik.
Hanya kita ga mengerti bahwa itu lah yang terbaik buat kita.
Ketika Allah
menghadirkan satu kesulitan, satu permasalahan, satu kesusahan, sesungguhnya
Allah sudah memilihkan yang teringan buat kita. Allah sudah memilihkan yang
paling enteng buat kita. Berhentilah mengeluh. Berhentilah meratap. Berhentilah
menyumpah serapahi kehidupan. Masih begitu banyak augerah yang Allah berikan,
bukakan, untuk kita.
Jangan sampai Allah bukan saja menutup mata kita, tapi menutup semua rasa di
hati kita, lalu jadilah semakin sesak nafas kita. Kita bener-bener ga bisa
melihat Kebesaran Allah. Kita ga melihat Kekuasaan Allah.
Kepada semua yang
sedang susah, kepada semua yang sedang ada hajatnya, shalatlah. Doa lah. Dan
bersabarlah. Allah akan datang. Dan Allah akan selalu datang. Bahkan
jangan-jangan Allah sudah datang. Sudah bekerja di dalam kehidupan Saudara
semua.
***
Insya Allah dengan izin
Allah saya tau, bahwa Saudara yang memilih Kuliah Pilihan, Kulia h Solusi, dan
Kuliah Khusus, akan melewati juga Kuliah Dasar ini. Hari ini jadwalnya Kuliah
Dasar Sedekah. Tapi saya membawanya kepada Kuliah Tauhid lagi, dan lagi. Saya
antar diri saya dan sebanyak-banyaknya orang yang bisa saya ajak untuk punya
harapan kepada Allah, dan hanya kepada-Nya. Saya ingatkan semuanya, termasuk
diri saya sendiri, bahwa semua kejadian, peristiwa, berada di dalam jangkauan
Allah. Berada di dalam pengetahuan-Nya. Berada di dalam genggaman-Nya. Allah
punya Kuasa-Nya. Allah punya segala yang kita butuhkan. Kita memang yang terlalu
lama tidak mengistimewakan diri-Nya. Allah rindu sama kita. Kepengen mendengar
rintihan kita. Kepengen mendengar suara terdalam kita yang butuh akan
kehadiran-Nya. Butuh akan pertolongan-Nya.
Buat semua kawan yang
masih baik-baik saja, masih jaya, masih sakses, masih berlimpah, jangan sampai
peristiwa itu didatangkan Allah. Selagi masih banyak karunia, termasuk sehat,
berkeluarga, beranak pinak, berizki pekerjaan atau usaha, dekatkan diri kepada
Allah. Jadilah yang selalu ada di shaf pertama, sejak sebelum azan
dikumandangkan. Jika saudara perempuan, yang karenanya ga bisa ke masjid
barangkali, sebab ga ada muhrimnya, ga ada temennya, ga ada kawan untuk jalan
ke masjid, maka jadilah selalu yang sudah siap untuk shalat lima waktu, sebelum
azan dikumandangkan. Jangan sampai ketinggalan doa antara azan dan iqomat jika
itu bisa dilakukan. Jangan sampe kehilangan satu pun shalat sunnah qobliyah
ba’diyah. Jangan sampe ada pagi terlewat kecuali ada dhuha. Jangan sampe ada
malam terlewat kecuali bangun malam, untuk shalat malam. Penuhi setiap ibadah
dengan ibadah doa. Doaaaaaaaa terus. Berbisiiiiiiiiiik terus kepada Allah.
Ngomoooooooong terus ke Allah. Atas apa-apa yang terjadi. Lapor terus.
Sementara, jangan tunggu sempit, baru juga Saudara dan juga saya, bersedekah.
Allah bener-bener Tuhan
Yang Penuh Dengan Harapan. Kepada-Nya semua dari kita berharap. Ada di antara
Onliners yang berharap betul tahun ini bisa menikah. Tahun depan lalu sudah
bisa menimang anak, dari rahimnya sendiri. Di antara onliners, ada yang bener-bener
berharap, dia bisa hamil tahun ini, dan tahun depan sudah mendengar tangisan
indah dari bayinya sendiri.
Ada Allah yang sanggup
menyembuhkan total semua penyakit Saudara. Dan menunggu Saudara di Surga-Nya
dalam keadaan Saudara menghadapnya sebagai manusia yang bener-bener sehat,
tidak ketemu badan yang penyakitan. Jika Saudara bersabar, Allah mungkin tidak
menyembuhkan Saudara. Tapi Allah mengampuni dosa Saudara, lalu Saudara
diberikan hak untuk melihat Wajah-Nya. Sebab kesabaran Saudara, Saudara lalu
dikumpulkan bersama para nabi.
Si sulung yang sempat
Saudara kehilangan dia. Justru barangkali menjadi anak yang menjemput dengan
senyumannya, saat Saudara nanti sakratul maut. Saudara kehilangan anak yang
Saudara sayangi. Namun Saudara mengikhlaskannya. Lalu Allah menggantinya dengan
2 atau 3 anak yang lain. Saat Saudara sudah lupa, Allah malah menghadirkannya.
Saat sakratul maut, malaikat kematian dengan izin Allah datang dengan seorang
anak muda yang Saudara diizinkan memiliki rasa bahwa dia adalah sulungnya
Saudara. Subhaanalllaah.
Saudara yang menanti
hadirnya jodoh, Allah Yang Penuh Harapan, barangkali tidak mengizinkan Saudara
menikah hingga akhir hayat Saudara. Saat di padang makhsyar, saat semua suami
tidak bisa mengingat siapa istrinya, saat semua istri tidak bisa mengingat
siapa suaminya, saat semua ayah ibu tidak bisa mengingat siapa anaknya, saat
semua anak tidak bisa mengingat siapa ayah ibunya, Saudara malah dijemput
Allah. Allah utus sahabat-sahabat Rasul untuk menjemput Saudara dan
mempertemukan Saudara dengan manusia yang akan memberi syafaat di hari
dijatuhkannya syafaat. Saudara sebab sabarnya Saudara akan segala ketemtuan
Allah, lalu Allah menyandingkan Saudara dengan nabi paling sabar, yakni Nabi
Muhammad shallaa ‘alaih. Subhaanallaah.
Dan saya dengan suara
paling dalam mengatakan, tidak ada juga yang sabar, tawakkal, menerima semua
nasib, kecuali kemudian Allah jawab juga permintaannya. Jodoh dihadirkannya
dalam keadaan dia ga lalai dari Allah.
Sebagaimana mereka yang
merasa akan kehilangan rumahnya, tokonya, usahanya, hancur perdagangannya, lalu
mereka bertawakkal, menyerahkan ke Allah, biasanya keajaiban akan terjadi. Bisa
jadi usahanya memang hancur. Yang dengannya hancur pula dosa-dosanya yang
tumbuh membesar bersama usahanya. Tapi kemudian Allah ganti dengan usaha yang
bersih yang tumbuh bersama doa dan ibadah-ibadahnya. Bisa jadi rumahnya
kemudian disita. Tapi Allah kasih dulu penampuangan, dengan Cara-Cara-Nya.
Bersama rumah yang diambil-Nya, diambil pula oleh-Nya dosa-dosanya. Setelah
bersih, dan kemudian muncul doa-doa dan ibadah-ibadahnya, Allah berikan lagi
kemudian rumah yang bersih untuknya. Bisa jadi rumah tangga seseorang Allah
hancur leburkan. Allah pisahkan sepisah-pisahnya. Tapi Allah punya Kuasa untuk
mengembalikan kembali keutuhan rumah tangganya. Allah pisahkan juga mereka dari
dosa-dosa mereka. Seiring kemudian setelah bersih, Allah hadiahkan mereka rumah
tangga yang tenang dan bahagia.
Manusia itu tempatnya
dosa. Allah punya cara-cara untuk mengampuni seseorang, memaafkan. Manusia juga
punya doa-doa. Allah punya jutaan cara juga dalam mengabulkan. Kadang
perjalanan pencucian dan pengampunan dosa, menyakitkan. Tapi itu bukan bagi mereka
yang ikhlas dan pasrah. Buat mereka ini, semakin berat beban, semakin
menderita, mereka akan semakin menemukan Allah sebagai Tuhan Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Subhaanallaah.
Mereka yang belajar,
kuliah, punya harapan agar dimudahkan Allah belajarnya, kuliahnya. Maka mereka
ini tidak salah. Apalagi jika kemudian dipenuhi hak-hak Allah. Mereka shalat
tepat waktu, berjamaah. Mereka menyisihkan waktu untuk dhuha, tahajjud¸dan
menyenangkan duduk agak lama di masjid, di sajadah, sebagaimana senangnya
mereka duduk di bangku sekolah dan kuliah. Duduk di kelas bisa separuh hari.
Tapi duduk bersama Allah, hanya beberapa menit yang tidak berkualitas. Ini
kemudian mereka ubah, sebab mereka punya harapan sama Allah. Sungguh, Allah
akan mewujudkannya. Tambah-tambah lagi manakala Allah melihat mereka yang
sungguh-sungguh berharap ke Allahnya, lalu
bersungguh-sungguh pula
menjaga dirinya dari segala maksiat dan dosa. Subhaanallaah. Tentu Allah akan
mewujudkan segala harapannya dengan perwujudan yang indah. Bukan terjadi tapi
malah jadi prahara.
Dan sebaik-baik harapan
adalah dibukanya surga, ditutupnya neraka. Bisa berjumpa dengan Allah dan
Rasul-Nya. Dalam keadaan Allah ridha, dan Rasul pun menyambut. Subhaanallaah.
Maasyaa Allah. Didoakan, didoakan, didoakan. Dan doakan saya, doakan saya,
doakan saya.
Sejenak mari kita
heningkan diri.
Tutuplah dulu
KuliahOnline ini, dan sempatkan doa dan mendoakan.
Kita sama-sama saling berdoa
dan mendoakan.
Bener-bener lakukan ya.
Saya pun dengan izin
Allah, melakukan. Dan menyenangi melakukan. Kadang di mobil, ketika
berkendaraan, di motor ketika bermotor ria, di saat duduk menunggu jadwal qomat
atau jadwal tausiyah, saya sempatkan berdoa dan mendoakan. Senang, sebab tidak
ada doa yang tidak dikabul. Semua doa dikabul. Bahkan menjadi penukar bencana
yang kita tidak ketahui, dan penarik kebaikan yang tidak kita minta.
Berdoa.... Dimulai....
No comments:
Post a Comment